Indonesia Dinilai Telat Terapkan Euro 4, Vietnam Euro 5 dan Thailand Siap Euro 6

26 Agustus 2022 11:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung melintasi deretan mobil baru siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung melintasi deretan mobil baru siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) menilai Indonesia kecolongan lagi soal penerapan standar emisi kendaraan. Meskipun baru menerapkan standar Euro 4, negara lain di Asia Tenggara sudah mengimplementasikan Euro 5.
ADVERTISEMENT
Adalah Vietnam, yang pada awal Januari 2022 telah menerapkan standar emisi Euro 5. Akibatnya Honda Prospect Motor (HPM) tak bisa lagi mengekspor Brio ke sana lantaran tidak memenuhi standar emisi baru itu, alias masih mengikuti Euro 4 seperti di Indonesia.
"Kita lihat standar Euro kita terlambat adopsi, jadi konsekuensinya tidak hanya keterlambatan mengurangi emisi, tapi juga persaingan dagang," terang Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin dalam diskusi virtual, Kamis (25/8/2022).
Penerapan standar emisi kendaraan jelas Puput, sapaan akrabnya bukan sebatas menjawab isu lingkungan. Lebih dari itu merupakan strategi visioner dalam rangka memperluas pasar lewat teknologi kendaraan yang semakin modern.
Petugas menguji emisi kendaraan gratis di Jalan Puri Lingkar Luar, Kembangan, Jakarta, Selasa (5/7/2022). Foto: Reno Esnir/Antara Foto
"Banyak negara di dunia menerapkan strategi menggunakan standar emisi sebagai new trade barrier, atau hambatan perdagangan baru dengan isu lingkungan. Akhirnya kita selalu anggap adopsi standar emisi ini adalah beban, padahal peluang merebut pasar," tambahnya.
ADVERTISEMENT

Thailand Bersiap dari Euro 4 ke Euro 6

Pemerintah kata Puput harus belajar dari pengalaman. Kehilangan pasar ekspor ini bukan sekali terjadi. Puput mengemukakan pada awal 2000, Indonesia berpeluang membuka pasar ekspor kendaraan lantaran kemampuan produksinya yang besar.
Ekspor mobil Toyota produksi Indonesia dari Pelabuhan Patimban, Selasa (8/3). Foto: dok. TMMIN
Dalam catatannya, pada periode 2000-2002 Indonesia adalah pasar dan produsen kendaraan roda empat terbesar di Asia Tenggara. Penjualannya juga merupakan yang terbesar. Tetapi selepas itu, taji Indonesia menumpul disalip Thailand.
Hingga kini Thailand merupakan negara dengan produksi mobil terbesar di Asia Tenggara. Produksinya mencapai 2,4 juta unit per tahun sementara Indonesia sekitar 1,06 juta.
"Kenapa bisa dilampaui? Karena tahun 2000 awal mereka sudah adopsi Euro 2 (implementasi Euro 2 di Indonesia pada 2005), setelah itu mereka genjot produksi, tidak hanya domestik tapi ekspor. Di Asia Tenggara Thailand lebih menguasai teknologi," katanya.
Diskusi Isuzu soal "Kesiapan Bahan Bakar Dalam Implementasi Kebijakan Euro 4 Pada Mesin Diesel" di GIIAS 2021. Foto: Dok. Istimewa
Puput menambahkan agar industri otomotif Indonesia melakukan lompatan baru supaya bisa bersaing dengan negara lain yang sudah mengadopsi standar yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
"Singapura relatif maju perkembangannya Euro 5 pada 2014, Thailand sudah ancang-ancang Euro 6 kasusnya seperti India tidak masuk Euro 5 karena investasi enggak jauh beda tapi manfaatnya jauh lebih banyak," pungkasnya.