Yusuf Martak: Massa Reuni 212 Super Damai, Bukan Hadir untuk Dipukul

4 Desember 2021 15:28 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
Yusuf Martak memberikan penjelasan terkait akan diselenggarakan reuni akbar 212 tahun 2019 di Sekretariat DPP FPI, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Martak memberikan penjelasan terkait akan diselenggarakan reuni akbar 212 tahun 2019 di Sekretariat DPP FPI, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Reuni 212 kembali digelar pada Kamis (2/12) kemarin. Ketua Steering Committee Reuni Akbar 212 Yusuf Muhammad Martak mengatakan reuni 212 berlangsung dengan damai dan menjaga ketertiban umum.
ADVERTISEMENT
Yusuf mengatakan setiap tahunnya reuni 212 memang selalu berjalan dengan damai. Ia menyebut reuni 212 tak pernah mengarah kepada tindakan anarkis dan gaduh.
"Aksi super super damai reuni akbar 212 tahun 2021 dengan reuni akbar yang setiap tahun kita selenggarakan alhamdullilah tidak pernah mengarah anarkis dan menimbulkan kegaduhan. Apalagi sengaja berbenturan dengan aparat yang sedang menjalankan tugasnya di lapangan," kata Yusuf dalam konferensi pers di kawasan Tebet, Jakarta, Sabtu (4/12).
Yusuf berpandangan kegiatan reuni akbar 212 sah untuk dilakukan karena dijamin oleh UU 1945 dan UU Nomor 9 tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum. Dia menyayangkan kedatangan massa yang damai justru dianggap mau buat gaduh.
"Umat Islam dalam aksi selalu ingin berangkulan bukan ingin berpukulan, bahkan emak-emak ingin juga merangkul bukan hadir untuk dipukul. Masyarakat pada umumnya sudah paham adanya oknum aparat di tingkat pimpinan bila menjalankan tugasnya sering menggunakan cara-cara tidak humanis," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Gemar mengeluarkan ancaman menebar issue yang tidak mendasar hingga menimbulkan fitnah di sana sini demi kepentingan dan ambisi pribadinya. Perilaku aparat semacam ini justru malah menimbulkan kegaduhan serta menjatuhkan martabat dan nama besar kesatuannya sendiri. Dalam setiap aksi kami bukan mencari menang atau kalah, kami juga bukan penakut bila yang kami lakukan tidak bertentangan dengan hukum," jelas Yusuf.
Massa Aksi Reuni PA 212 orasi di sekitar Jalan Wahid Hasyim (samping Bawaslu), Jakarta Pusat, Kamis (2/12). Foto: Nugroho GN/kumparan
Menurut dia, seharusnya setiap pemimpin mengarahkan jajarannya untuk memperlakukan umat Islam dan masyarakat lainnya sebagai saudara.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyinggung soal pernyataan KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang ingin merangkul KKB.
"Aneh bin ajaibnya bukan umat Islam yang dijadikan saudara, justru malah ekstremis seperti KKB yang dijadikan saudara oleh KSAD," kata dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, ia berharap aksi reuni akbar 212 yang berjalan damai dapat dijadikan contoh untuk diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ke depannya.
"Sehingga menumbuhkan masyarakat dan umat yang bersatu, bersaudara dan teguh dalam menegakkan keadilan dan menolak kezaliman," tandas dia.
Diketahui, gelaran reuni 212 di kawasan Monas termasuk Patung Kuda tak mendapatkan izin dari kepolisian. Sebab, reuni tersebut dilakukan di tengah pandemi COVID-19. Namun massa reuni tetap berdatangan hingga akhirnya dibubarkan oleh pihak kepolisian.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan menegaskan pihaknya tak bermaksud menghalangi reuni 212. Namun ia mengingatkan saat ini situasi masih pandemi COVID-19, sehingga potensi kerumunan sebaiknya dihindari.
"Tolong saya minta kepada masyarakat untuk memahaminya, bukan kita menyumbat (menghalangi) untuk menyampaikan pendapat atau menyumbat demokrasi tetapi timing-nya tidak tepat di situasi pandemi COVID saat ini," jelas Zulpan kepada wartawan, Kamis (2/12).
ADVERTISEMENT