Vatikan Kecam Operasi Ganti Kelamin dan Sewa Rahim: Pelanggaran Martabat

9 April 2024 11:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus berhenti sejenak saat wawancara dengan The Associated Press di Vatikan, Selasa (24/1/2023). Foto: Domenico Stinellis/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus berhenti sejenak saat wawancara dengan The Associated Press di Vatikan, Selasa (24/1/2023). Foto: Domenico Stinellis/AP Photo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Vatikan menyatakan operasi ganti kelamin hingga surogasi, atau sewa rahim, sebagai pelanggaran serius terhadap martabat manusia, Senin (8/4). Hal itu menempatkannya sejajar dengan aborsi dan eutanasia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AP, Vatikan mengeluarkan "Martabat Tak Terbatas," sebuah dokumen deklarasi 20 halaman yang telah digarap selama lima tahun.
Paus Fransiskus, yang dikenal karena sikapnya yang inklusif terhadap komunitas LGBTQ+, menyetujui dokumen yang menyoroti pandangan tentang gender dan martabat manusia itu pada 25 Maret.
Dokumen tersebut menegaskan bahwa Gereja menolak gagasan bahwa jenis kelamin seseorang bisa berubah.
Vatikan juga menolak operasi afirmasi gender atau ganti kelamin lantaran intervensi semacam itu bisa mengancam martabat unik setiap individu.
"Dengan demikian, setiap intervensi perubahan jenis kelamin, sebagai aturan, berisiko mengancam martabat unik yang diterima individu sejak saat pembuahan," tertulis dokumen "Martabat Tak Terbatas".
Namun, dokumen juga membedakan antara operasi afirmasi gender dan kondisi medis yang ada sejak lahir atau berkembang kemudian, yang bisa diselesaikan dengan bantuan profesional kesehatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Vatikan juga mengecam praktik sewa rahim sebagai pelanggaran terhadap martabat wanita dan anak.
"Setiap kehidupan manusia, dimulai dengan kehidupan anak yang belum lahir di dalam kandungan ibunya, tidak dapat dipadamkan, juga tidak boleh menjadi objek perdagangan," kata dokumen itu.
Kardinal Victor Manuel Fernández menyatakan bahwa paus meminta Vatikan untuk memasukkan isu-isu seperti kemiskinan, migrasi, kekerasan terhadap perempuan, perdagangan manusia, dan perang dalam penilaian terbarunya tentang ancaman terhadap martabat manusia.
Dokumen tersebut juga menyoroti perlunya menghormati orang-orang gay dan mengecam tindakan diskriminatif terhadap mereka. Selain itu, ia menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah masalah serius yang harus ditangani.
Dengan demikian, dokumen tersebut mencerminkan pandangan Gereja tentang berbagai isu kontemporer yang berkaitan dengan martabat manusia, dari gender hingga kekerasan terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT