Upaya Indonesia Hentikan Genosida di Gaza, Apakah 'Middlepower' Hanya Ilusi?

11 Januari 2024 15:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Joe Biden saat Jokowi meminta AS membantu menghentikan kekejaman di Gaza dan genjatan senjata dalam pertemuan di Gedung Putih, Senin (13/11/2023). Foto: Dok. PBS NewsHour
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Joe Biden saat Jokowi meminta AS membantu menghentikan kekejaman di Gaza dan genjatan senjata dalam pertemuan di Gedung Putih, Senin (13/11/2023). Foto: Dok. PBS NewsHour
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembahasan Palestina menjadi salah satu topik hangat dalam debat capres-cawapres ketiga yang digelar pada Minggu, 7 Januari 2024 di Istora Senayan. Ketiga capres sudah menunjukkan gagasannya di bidang pertahanan, keamanan, geopolitik, dan hubungan internasional.
ADVERTISEMENT
Mereka menyampaikan pandangan mereka terkait okupasi dan genosida yang terjadi di Palestina dalam visi-misi hingga sesi debat.
Nomor urut 1 menyebut peran presiden sebagai panglima diplomasi yang tidak hanya hadir dalam forum-forum atau meminta menteri luar negeri untuk memberi pernyataan.
"Maka, Indonesia tidak sungkan untuk mengatakan pada negara manapun, 'hentikan penjajahan di tanah Palestina' dan usahakan itu lewat diplomasi ke seluruh tempat, bukan sekadar statement dari menteri luar negeri tapi serius menjajaki seluruh kekuatan," ujar Anies Baswedan.
Sementara nomor urut, Prabowo Subianto menekankan soal kekuatan militer sebagai modal utama agar sebuah bangsa bebas dari penjajahan. Prabowo tak menyebutkan peran Indonesia dalam mewujudkan pembebasan Palestina.
"Saya tegaskan kembali, bahwa pelajaran sejarah manusia yang lemah akan selalu ditindas. Kita lihat saja apa yang terjadi di Gaza. Kita tidak boleh lemah. Kita tidak boleh dilindas oleh bangsa lain," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ganjar Pranowo, capres nomor urut 3, menekankan prinsip utama Indonesia sebagai bangsa yang mendukung dekolonisasi atau mengusir penjajahan terhadap bangsa lain. Menurutnya, komitmen itu akan terus diwujudkan lewat dukungan kepada Palestina.
"Indonesia selalu setia dengan kesepakatan yang selalu diambil. Dekolonisasi yang dilakukan mendorong kita semua untuk membebaskan seluruh bangsa tanpa boleh mengintervensi satu dengan yang lain. Dan inilah komitmen kita pada kemerdekaan Palestina yang kita dukung terus-menerus," ujar Ganjar.
Eskalasi serangan Israel ke Palestina yang terjadi sejak 7 Oktober, menekan seluruh pemimpin dunia untuk bertindak dan membantu mendorong Israel untuk melakukan gencatan senjata. Termasuk kepada Amerika Serikat, sekutu Israel.
Presiden Jokowi menunjukkan beberapa upaya, salah satunya saat pertemuan dengan Joe Biden pada 13 November 2023 lalu. Serta keikutsertaan Indonesia dalam KTT Luar Biasa OKI (Organisasi Kerja Sama Islam).
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah upaya Indonesia dalam menghentikan genosida di Gaza bisa berpengaruh?
Indonesia merupakan satu dari sejumlah negara yang menduduki posisi sebagai middle power countries atau negara dengan kekuatan internasional di posisi tengah dan berada di bawah negara adidaya. Selain Indonesia, Korea Selatan juga merupakan negara 'middlepower'.
Pengamat Politik Internasional sekaligus Dosen Hubungan Internasional di Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra, mengungkap, setiap negara 'middlepower' bisa jadi memiliki pandangan politik dan kepentingan negara yang berbeda. Namun mereka tak menggunakan kekuatan keras atau 'hard-power' dalam strategi mereka.
Korea Selatan misalnya, menurutnya, negara Ginseng tersebut tak menunjukkan sikap terang-terangan dalam mendukung salah satu pihak karena memiliki kepentingannya masing-masing.
Meski demikian, Indonesia dapat menggunakan pendekatan yang juga dilakukan oleh Korea Selatan, yakni jalur diplomasi soft-power. Hal itu seperti yang disampaikan Asisten profesor di Department for Cross-Cultural and Regional Studies, University of Copenhagen, Dr. Jin Sangpil.
ADVERTISEMENT
"Soft-power bisa mengendalikan dunia lewat cara-cara manusia di dalamnya. Indonesia juga bisa, lewat mie instant yang terkenal 'Indomie', bisa menyatukan selera bangsa-bangsa," ujarnya saat diskusi bertajuk 'Indonesia and Korea Middlepower-ship in a Changing World' yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan Korea Foundation, pada akhir Desember lalu (8/12//2023).
Korea Selatan memiliki Kpop yang bisa menyatukan selera musik warga dari berbagai negara di dunia. Begitu juga hal-hal kebudayaan lainnya yang dimiliki Indonesia.