Tukang Bubur Pembunuh Siswi SD di Bogor Dikenal Pendiam

5 Juli 2019 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TKP pembunuhan siswi SD FAN, oleh tukang bubur kacang Ijo, di Megamendung, Bogor. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
TKP pembunuhan siswi SD FAN, oleh tukang bubur kacang Ijo, di Megamendung, Bogor. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tatapan kosong sesekali terlihat dari wajah Taufik Hidayat , ayah Fira Angella Nurhidayah (7). Dia tak menyangka, nyawa Fira dihabisi oleh tetangganya sendiri, Haryanto (23).
ADVERTISEMENT
Taufik sama sekali tak menaruh curiga dengan Haryanto. Saat mencari Fira yang hilang selama 3 hari, kamar kost Haryanto pun luput dari pencarian.
Selama ini, pria yang bekerja sebagai tukang bubur itu dikenal pendiam, jarang bergaul dengan warga.
"Paling main futsal aja, malam-malam," kata Taufik, di kediamannya, di Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/7).
Taufik Hidayat, ayah bocah yang dibunuh tukang bubur di Megamendung, Bogor. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Selama ini, Haryanto tampak sangat santun dengan para tetangga. Hal itu diakui pula oleh paman Fira, Daman Huri. Kesantunan itu yang membuat dia dan keluarga tak menaruh curiga dengan pria asal Pemalang itu.
"Enggak mencurigakan dia di sini. Karena orangnya berbuat ya biasa, tekun ibadahnya, baik ibadahnya, dan orangnya baik, enggak ganas lah. Enggak tahunya begitu. Bapak sendiri tahu, saya sendiri tahu. Sopan santun biasa gitu," kata Daman.
Daman Huri, paman bocah yang yang dibunuh tukang bubur di megamendung Bogor. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Daman mengungkapkan, sehari-hari, Haryanto tak menunjukkan tanda-tanda keanehan, misalnya sebagai penyuka anak-anak. Kegiatannya setiap hari sama dengan orang pada umumnya.
ADVERTISEMENT
"Pagi dagang di daerah sekitar sini aja. Kalau pulang tidur, paling ke tempat saudara aja. Kesehariannya gitu. Jadi enggak pernah kumpul sama pemuda sini enggak," tmabah Daman.
Banyak anak-anak di lingkungan TKP pembunuhan bocah oleh tukang bubur di Megamendung, Bogor. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Sebelumnya Haryanto mengontrak di kediaman korban. Ia tinggal bersama-sama empat orang saudaranya yang juga merupakan tukang bubur di kawasan tersebut. Sampai akhrinya pindah ke tempat yang saat ini jadi tempat tinggalnya.
Satu-satunya keanehan yang belakangan baru disadari, yakni Haryanto pergi tak pamit. Daman mengungkapkan, biasanya, Haryanto akan pamitan dan menitipkan kunci kamar kepada saudaranya. Kali ini tidak.
"Enggak ada curiga apa-apa. Makanya ini begitu ini, enggak curiga ke dia. Dia pergi (dari kamarnya) 15.30, (Sabtu sore) dia pergi. Hari itu juga," ucap Daman.
TKP pembunuhan siswi SD FAN, oleh tukang bubur kacang Ijo, di Megamendung, Bogor. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Rupanya, kepergian diam-diam Haryanto pada Sabtu (29/6) dilakukannya karena baru saja membunuh Fira. Fira hilang Sabtu siang.
ADVERTISEMENT
Setelah kabur ke Surabaya lalu kembali ke kampung halamannya di Pemalang, Haryanto menyerahkan diri. Dia tak tenang lalu diantar keluarga ke Polres Pemalang.
Dari pemeriksaan, diketahui Haryanto memiliki kelainan seksual, yakni penyuka anak-anak alias pedofilia.
Sabtu siang, Fira datang untuk meminta makan kepada Haryanto. Setelah diberi makan, Fira diminta mencium Haryanto dengan upah Rp 5 ribu. Tapi, Fira menolak.
Haryanto memaksa, Fira memberontak. Kalah tenaga, Fira diangkat ke dalam kamar mandi lalu dimasukkan ke bak mandi hingga tewas.
Usai membunuh Fira, Haryanto sempat melampiaskan hasrat seksualnya. Tapi, polisi tak mau mengungkapkan bagaimana Haryanto meluapkan hal itu.
Atas tindakannya pelaku dijerat pasal berlapis yakni pasal 338 KUHP dan pasal 80 UU tentang perlindungan anak dengan ancaman 12 tahun penjara.
ADVERTISEMENT