Tetangga Ungkap Perilaku Keseharian Pemberi Wafer Isi Silet di Jember

4 Agustus 2021 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
AG (43), pria pemberi wafer isi silet ke anak-anak di Jember. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
AG (43), pria pemberi wafer isi silet ke anak-anak di Jember. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pria asal Jember, Jatim, AG (43), terduga pemberi wafer berisi silet kepada anak-anak, ditahan pihak kepolisian. Sebelum tersandung kasus tersebut, AG hidup sendiri karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Ia tinggal di Jalan Manggis, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Jember. Untuk kebutuhan makan setiap harinya, AG dibantu oleh tetangganya.
Mendengar kabar AG ditahan, sejumlah tetangga iba. Bahkan mereka menangis setelah menerima kabar tersebut.
Salah satu tetangga, Astutik (67), mengatakan banyak warga yang merasa kasihan kepada AG. Mereka khawatir AG dipenjara dalam kasus tersebut.
Rasa iba warga bukan tanpa sebab. Alasannya AG tetangga dekat yang berperilaku sangat baik walaupun diperkirakan mengidap gangguan jiwa.
“Orangnya baik. Dia tidak pernah mengganggu siapa pun,” ungkap Astutik yang menilai AG bukan secara sadar sengaja ingin mencelakai orang meski memasukkan wafer berisi silet, Rabu (4/8).
Setiap hari, tetangga bergantian memberi makan AG yang memang hidup sebatang kara usai ditinggal wafat kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
“Dia datang kalau dipanggil warga untuk diberi kopi, makanan atau rokok. Kayak anak sendiri, makanya saya dan yang lain nangis,” lanjut Astutik.
Wafer dicampur potongan silet beredar di Jember. Foto: Dok. Istimewa
Sementara itu, adik perempuan AG telah lama menikah. Ia tinggal di kecamatan yang berbeda. Sesekali, suami adik AG menjenguk dan mengirimkan makanan.
Astutik mengatakan AG mulai mengalami gejala gangguan jiwa sejak drop out dari salah satu perguruan tinggi di Malang sekitar dua puluh tahun silam. Kondisi itu semakin parah setelah kedua orang tuanya meninggal dunia pada awal tahun 2000-an.
“Saat-saat tertentu kalau malam kadang dia itu teriak-teriak. Tapi, warga dan tetangga sudah maklum. Karena, besok paginya dia sudah baik menyapa warga lagi,” bebernya.
Semasa muda, AG dikenal sebagai pelajar yang rajin ke sekolah. AG sempat mengaku bercita-cita ingin menjadi polisi atau tentara. Kendati belakangan justru melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Malang.
AG (43), pria pemberi wafer isi silet ke anak-anak di Jember. Foto: Dok. Istimewa
Orang tua AG bekerja sebagai pegawai SPBU di Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates dan tergolong mampu secara ekonomi. Hal ini tampak dari warisan sebuah rumah bertingkat dua yang berdiri di atas lahan seluas hampir 300 meter.
ADVERTISEMENT
Mengenai dugaan AG mengidap gangguan jiwa juga dirasakan oleh pihak kepolisian. Indikasinya, ucapan AG kerap inkonsisten. Sehingga, polisi mencari ahli psikiater untuk keperluan memeriksa kejiwaan AG.
“Keterangannya sering berubah-ubah. Rencananya begitu (pemeriksaan kejiwaan). Kami mencari tahu ketersediaan psikiater berkoordinasi dengan rumah sakit-rumah sakit,” terang Kasatreskrim Polres Jember AKP Komang Yogi Arya Wiguna.
Kasus ini bermula dari pelaporan orang tua dari anak-anak yang tinggal di Jalan Manggis dan Jalan Cempedak usai mendapat wafer berisi silet maupun logam paku staples.
Polisi sempat kesulitan karena para saksi tidak mengetahui persis pelakunya. Namun, upaya penelusuran secara intensif mengarahkan bukti petunjuk bahwa AG sebagai penyebar wafer.
Polisi masih harus memastikan kondisi kejiwaan AG sebelum proses lebih lanjut. “Sampai saat ini status kasusnya masih penyelidikan. Kami periksa dulu yang bersangkutan,” ujar Komang.
ADVERTISEMENT