Teror Surat Beracun Hantui Belasan Hakim Senior di Pakistan

5 April 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas keamanan berjaga di luar Pengadilan Tinggi Islamabad di Islamabad pada 29 Agustus 2023. Foto: Farooq NAEEM / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas keamanan berjaga di luar Pengadilan Tinggi Islamabad di Islamabad pada 29 Agustus 2023. Foto: Farooq NAEEM / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belasan hakim senior di Pakistan menerima surat yang diduga beracun sejak Selasa (2/4). Otoritas Pakistan langsung menggelar investigasi atas teror itu.
ADVERTISEMENT
Surat diduga beracun pertama kali diterima oleh hakim di pengadilan tinggi Islamabad. Surat itu berisi kritikan terhadap sistem hukum Pakistan. Di dalamnya ada keterangan 'mengandung bacilus anthracis'.
Bacilus anthracis merupakan bakteri penyebab antraks. Jika tidak segera diobati pihak terkena bakteri ini terancam kematian.
Seorang petugas keamanan berjaga di luar Pengadilan Tinggi Islamabad di Islamabad pada 29 Agustus 2023. Foto: Farooq NAEEM / AFP
Pada Rabu (3/4) giliran empat hakim termasuk Hakim Agung Pakistan Qazi Faez Isa menerima surat serupa. Sebanyak lima hakim di Lahore turut menerima surat beracun itu.
Polisi Pakistan menyatakan, kelompok Tahreek-e-Namoos Pakistan merupakan dalang di balik teror itu.
Polisi di Islamabad dan Lahore menyatakan, sudah mengirim surat diduga beracun ke tim forensik dan ahli. Apakah surat itu benar mengandung racun atau tidak masih belum diungkap.
“Kami menggelar investigasi dan akan menyampaikan keterangan setelah sudah ada terobosan,” kata seorang pejabat yang namanya dirahasiakan seperti dikutip dari Al-Jazeera.
ADVERTISEMENT
Nama Tehreek-e-Namoos pertama kali muncul pada September 2023 saat ditemukan tas mencurigakan di wilayah mewah Pakistan. Tas itu berisi surat, granat, sampai beberapa peluru.
Polisi berjaga di luar gedung Pengadilan Tinggi Islamabad di Islamabad pada 29 Agustus 2023. Foto: Farooq NAEEM / AFP
Peristiwa ini terjadi sepekan setelah enam hakim pengadilan Islamabad mengirim surat berisi kritikan ke Mahkamah Agung. Dalam surat itu mereka mengadukan dugaan intervensi peradilan oleh intelijen Pakistan (ISI) dalam berbagai kasus.
Para hakim yang mengkritik menduga ISI menggunakan taktik intimidasi seperti pengawasan rahasia sampai penculikan keluarga demi mempengaruhi hasil kasus-kasus motif politik. Salah satunya terhadap kasus eks PM Imran Khan.
Baik ISI dan Militer Pakistan belum merespons dugaan tersebut.