Tarik Menarik Jokowi-PDIP-Gerindra untuk Jatah Menteri Kabinet

12 Oktober 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers di RSPAD, Jakarta, Kamis (10/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers di RSPAD, Jakarta, Kamis (10/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembahasan kabinet pemerintahan Jokowi di periode kedua menjadi topik panas perpolitikan Indonesia menjelang pelantikan Presiden 20 Oktober mendatang. Jokowi, sebagai Presiden terpilih dinilai sedang mencoba menciptakan keseimbangan di kabinet di tengah politik tarik menarik antara satu poros parpol dengan poros lainnya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya dengan adanya wacana Gerindra masuk ke koalisi pemerintahan. Hal itu di satu sisi ditentang oleh partai yang terlebih dahulu gabung koalisi. Di sisi lain Jokowi dinilai membutuhkan dukungan untuk menciptakan pemerintahan yang stabil, dan menatap eksistensi PDIP di 2024.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari melihat kondisi saat ini layaknya cinta segitiga Jokowi dengan Teuku Umar (PDIP) dan poros Gondangdia (NasDem).
Ketua Umum Partai PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memasuki ruang pelantikan anggota DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selasa (1/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
"Ini kan bagian dari dinamika politik yang saling tarik menarik. Saya menyebut penyusunan kabinet ini cinta segitiga antara Jokowi dengan poros Gondangdia dengan poros Teuku Umar," kata Qodari usai diskusi Dinamika Politik Jelang Pelantikan Kabinet di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/10).
"Jadi pak Jokowi berusaha menjaga keseimbangan antara Teuku Umar dengan Gondangdia," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Qodari menyebut, Jokowi saat ini membutuhkan kedua poros itu di pemerintahan. Namun, pandangan politik keduanya yang berseberangan terkait partai tambahan di kabinet dan koalisi, menghalangi.
"Pak Jokowi memerlukan dua-duanya, dua-duanya juga punya motivasi misal dari Gondangdia, tidak mau ada partai-partai baru masuk. Karena jatah menterinya bisa berkurang," kata dia.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Tapi dari kacamata Teuku Umar ya mungkin memikirkan nanti 2024 barangkali bisa koalisi dengan Gerindra, dengan Prabowo," sambungnya.
Hal itu juga menjadi concern Jokowi. Qodari menyebut dengan dukungan parpol yang baru 60 persen secara nasional belum bisa mengamankan pemerintahan Jokowi ke depan.
Sehingga, kata dia, Jokowi tengah menghimpun kekuatan agar setidaknya mendapatkan dukungan 70 persen parpol di Senayan dengan menambah partai koalisi.
ADVERTISEMENT
"Saya termasuk orang yang berpendapat bahwa besar peluang Gerindra untuk masuk kabinet," tutup dia.