Sultan HB X Angkat Bicara soal Pemotongan Nisan Salib di Yogya

19 Desember 2018 13:04 WIB
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Ngayogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara terkait pemotongan nisan salib di Pemakaman Jambon, Purbayan RT 53 RW 13, Kotagede, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sultan mengatakan yang terjadi sebenarnya tidak seperti yang viral di media sosial. Dia juga menampik adanya penolakan warga atas pemakaman itu. Menurut Sultan, warga sekitar mempersilakan jenazah nonmuslim dimakamkam di pekuburan itu.
“Enggak enggak sepeti itu (di media sosial) yang terjadi kan sudah diselesaikan sama pak wali kota," kata dia, di Graha Sabha Praman Universitas Gadjah Mada, Rabu (19/12). "Tidak ada demonstrasi (penolakan warga).”
Sultan mengatakan tak ada konflik berbau agama dalam perkara itu. Dia manilai masyarakat setempat justru berlaku toleran dengan membolehkan tetangganya yang nonmuslim untuk dikebumikan di Pemakaman Jambon.
Hal tersebut, kata Sultan, diberikan warga agar keluarga almarhum tidak perlu jauh-jauh memakamkan jenazah Albertus Slamet Sugihardi hingga ke Mrican, Sleman. Jarak dari Pemakaman Jambon ke Mrican sekitar 9 kilometer.
ADVERTISEMENT
Menurut Sultan, pihak keluarga dan warga sebelumnya sudah sepakat tidak ada simbol agama di makam tersebut.
“Bukan masalah pemotongan, itu masyarakat Muslim mereka yang ada di situ ada agama yang berbeda. Daripada (dimakamkan) ke Mrican mereka sepakat dimakamkan ke situ. Terus ada kesepakatan, itu saja,” katanya.
Sultan pun mengatakan masalah tersebut sudah selesai. Dia geram ketika ada sejumlah pihak yang menuding Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi provinsi yang intoleran karena perkara tersebut.
“Ya viral tapi masalah sudah selesai tidak seperti diucapkan di situ, ada demonstrasi ada ini (tidak ada). Enggak (tidak intoleran) ya itu konsekuensi karena diviralkan itu sebetulnya tidak ada masalah,” ujar dia.