Strategi Kemenkes Atasi Gagal Ginjal Akut Misterius

22 Oktober 2022 22:16 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono. Foto: Ananta Erlangga/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono. Foto: Ananta Erlangga/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meski penggunaan obat antidotum saat ini diklaim cukup ampuh untuk mengobati pasien gagal ginjal akut, tetapi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai bahwa antidotum bukan satu-satunya cara untuk mengatasi penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, fokus yang akan dilakukan Kemenkes saat ini adalah dengan menghentikan sementara dan menarik peredaran obat sirop yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) yang menjadi pemicu gagal ginjal akut misterius.
"Obat antidotum tersebut bukan satu-satunya penyelesaiannya. Penyelesaiannya adalah menarik obat-obat yang beredar yang bisa menimbulkan keracunan. Yaitu obat yang mengandung pelarut etilen glikol. Seperti cerita yang ada di Jambi. Begitu obatnya ditarik kasusnya menurun," begitu kata Dante saat ditemui di Universitas Indonesia, Salemba, Sabtu (22/10).
Antidotum merupakan jenis obat untuk menyembuhkan keracunan. Obat dengan jenis ini biasanya diberikan pada pasien dengan indikasi keracunan atau intoksikasi.
Dante mengatakan, selain menarik peredaran obat-obatan yang mengandung etilen glikol, masyarakat juga diimbau untuk tidak mengkonsumsi obat sirop terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Sembari menunggu hasil dari Kemenkes dan BPOM yang saat ini tengah mengidentifikasi obat di pasaran yang mengandung larutan EG dengan kadar tidak normal.
Lebih jauh, Dante mengungkapkan bahwa obat antidotum saat ini jumlahnya terbatas dan hanya bisa diakses di beberapa rumah sakit tertentu.
"Antidotum sudah kita dapatkan tapi memang jumlahnya terbatas. Kita bagikan kepada rumah sakit yang merawat pasien dalam jumlah yang banyak. Jadi tidak disebar merata, tetapi sistem rujukan kita kuatkan untuk kemudian kalau ada pasien-pasien yang mempunyai gejala ginjal akut pada anak ini bisa dirujuk untuk antidotum tersebut," kata Dante.
Ilustrasi Ginjal. Foto: Shutterstock
Dengan kondisi tersebut, Dante meminta masyarakat menunggu klarifikasi dari BPOM untuk mengetahui obat mana yang mengandung glikol dan mana yang tidak.
ADVERTISEMENT
Adapun, BPOM telah melakukan tindakan regulatori berbasis risiko, berupa penelusuran sirop obat yang terdaftar dan beredar di Indonesia.
Hasil sampling dan pengujian terhadap 39 bets dari 26 sirop obat sampai dengan 19 Oktober 2022, menunjukkan adanya kandungan cemaran EG yang melebihi ambang batas aman pada lima produk berikut:
1. Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml.
ADVERTISEMENT
4. Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml.
5. Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1, kemasan Dus, Botol @ 15 ml.
Sejauh ini, 241 kasus anak gagal ginjal misterius sudah ditemukan di Indonesia. 133 di antaranya meninggal dunia.