Sempat Diboikot, Pemilu di Bangladesh Tetap Digelar Tanpa Oposisi

7 Januari 2024 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria menunggu untuk menerima surat suaranya sebelum memberikan suara dalam pemilihan umum Bangladesh di Dhaka pada 7 Januari 2024. Foto: INDRANIL MUKHERJEE / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria menunggu untuk menerima surat suaranya sebelum memberikan suara dalam pemilihan umum Bangladesh di Dhaka pada 7 Januari 2024. Foto: INDRANIL MUKHERJEE / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bangladesh tetap menyelenggarakan pemilu, meski sempat diboikot oleh belasan partai oposisi pada Minggu (7/1). Kubu oposisi melihat pemilu tahun ini sebagai candaan hingga aib — karena sudah jelas Perdana Menteri Sheikh Hasina akan kembali mengamankan masa jabatan kelimanya.
ADVERTISEMENT
Mengutuk partai oposisi Bangladesh Nationalist Party (BNP) sebagai 'kelompok teroris', Hasina bersikeras agar pemilu tetap digelar meski tanpa partisipasi dari oposisi demi menegakkan 'demokrasi'.
Dikutip dari AFP, pemungutan suara pemilu telah dimulai hingga pukul 17.00 waktu setempat — dengan hasil yang diprediksi bakal diumumkan saat tengah malam nanti.
Dua jam setelah pemungutan suara dimulai sejak pagi, menurut Ketua Panitia Prashun Goswami, hanya ada 111 orang partisipan dari total 4.200 pemilik hak suara yang terdaftar di bagian barat Ibu Kota Dhaka.
Salah seorang warga setempat, Shahriar Ahmed, mengungkapkan dia memang sengaja tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilu kali ini. "Saya tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam lelucon ini. Saya lebih suka tinggal di rumah dan menonton film," ujar Ahmed.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina memberikan pidato selama perayaan 75 tahun Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di markas besar UNESCO di Paris pada 12 November 2021. Foto: Julien De Rosa / POOL / AFP
Terpisah, salah seorang warga Distrik Faridpur, Lal Mia (64), mengaku enggan berpartisipasi dalam pemilu tahun ini gara-gara merasa telah 'dipaksa' oleh para penguasa. "Mereka mengatakan karena pemerintah memberi kami makan, kami harus memilih mereka," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa pemilik hak suara lainnya pun menyuarakan pendapat yang sama. Mereka mengaku telah menerima ancaman kartu tunjangannya bakal disita jika mereka tidak mendukung Parati Awami League yang berkuasa. Padahal, kartu tunjangan itu sangat diperlukan untuk bisa mengakses pembayaran kesejahteraan warga kecil.
Sebelumnya, Hasina telah menyerukan dalam berbagai cara supaya masyarakat Bangladesh tetap menggunakan hak suaranya. Hal itu, menurut dia, sebagai cara menunjukkan kepercayaan mereka pada proses demokrasi.
"Saya mencoba yang terbaik untuk memastikan bahwa demokrasi harus terus berlanjut di negara ini," ujar wanita berusia 76 tahun ini.
Seorang pria memberikan suara dalam pemilihan umum Bangladesh di Dhaka pada 7 Januari 2024. Foto: INDRANIL MUKHERJEE / AFP
Telah berkuasa sejak 2009, Hasina dikenal luas atas kemampuannya meningkatkan perekonomian negara yang pernah dilanda kemiskinan parah tersebut.
Namun, pemerintahan Awami League yang dipimpin Hasina dituding telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia berkali-kali, hingga penumpasan oposisi dengan kejam.
ADVERTISEMENT
Penumpasan ini pun dipraktikkan ke BNP yang sekarang mayoritas anggotanya telah dipangkas akibat penangkapan massal. "Sekitar 25.000 kader oposisi termasuk seluruh pimpinan lokal BNP ditangkap dalam penumpasan yang terjadi," kata pihak BNP.
Selama berbulan-bulan sebelum pemilu dilaksanakan, BNP beserta belasan partai oposisi lainnya telah menggelar protes dan menuntut Hasina untuk mundur. Aksi protes kecil-kecilan juga masih berlanjut di hari-hari menjelang pemilu.
Pendukung dari seluruh negeri bergabung dalam unjuk rasa yang diselenggarakan oleh Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), menuntut pengunduran diri Liga Awami Bangladesh dari pemerintah, di daerah Naya Palton, di depan kantor mereka, JUmat (28/7/2023). Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS
Adapun politik di negara Asia Selatan ini telah lama berada di bawah bayang-bayang persaingan antara Hasina sebagai putri dari founding father Bangladesh dengan mantan perdana menteri Khaleda Zia, istri dari mantan penguasa militer.
Namun, saat ini Zia telah 'disingkirkan' oleh Hasina. Pada 2018, Zia dihukum atas tuduhan korupsi dan sekarang menjalani perawatan medis di rumah sakit di Dhaka.
ADVERTISEMENT
Sementara putra Zia, Tarique Rahman, kini menjadi pengganti sang ibu dan memimpin BNP dari pengasingannya di Inggris.