SBY: Dunia Politik Tidak Seindah yang Kita Impikan

5 Maret 2021 22:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) murka terhadap keputusan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Sumut yang menetapkan Moeldoko sebagai ketum. Padahal, putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), adalah Ketum Demokrat yang sah.
ADVERTISEMENT
"Namun, dunia politik tidak seindah yang kita mimpikan. Gangguan terhadap Partai Demokrat, [terhadap] kita semua, belumlah usai," ujar SBY dalam konferensi pers virtual di channel Youtubenya, Jumat (5/3).
SBY meminta semua kader yang membela kepengurusan sah untuk bersatu di bawah komando AHY sebagai ketum yang legal. SBY ingin kadernya menjunjung kedaulatan dan kemandirian partai.
"Saya mengajak para kader untuk berjuang bersama, berjuang sampai keadilan benar-benar kita dapatkan di tanah Indonesia ini. Perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan dan kemandirian partai adalah perjuangan yang suci dan mulia," tutur SBY.
Moeldoko di KLB Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Selain menetapkan Moeldoko, KLB juga mengembalikan AD/ART Demokrat ke Kongres Bali 2005 dengan penyesuaian terhadap UU. Dalam stuktur Demokrat yang sah, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dipegang oleh SBY.
ADVERTISEMENT
Menurut pimpinan KLB Sumut, adanya struktur Majelis Tinggi telah melanggar UU Parpol. Majelis Tinggi selama ini dinilai sudah mengamputasi kewenangan yang dimiliki oleh para DPC maupun DPD Partai Demokrat yang memiliki hak suara dalam kongres.
Adapun Moeldoko terpilih secara aklamasi di KLB yang digelar beberapa pendiri dan eks pengurus Demokrat. Para peserta KLB diminta memilih Moeldoko atau Marzuki Alie dengan cara berdiri. Lalu didapati Moeldoko memegang suara terbanyak.
"AD ART hasil kongres atau KLB yang sah pun harus mendapatkan pengesahan dari negara dan pemerintah melalui Kemenkumham. Jadi kalau KSP Moeldoko melalui telepon menanyakan keabsahan AD ART dan merasa cukup puas atau mengira bahwa AD ART KLB Deli Serdang itu sah, KSP Moeldoko salah besar," pungkas SBY.
ADVERTISEMENT