Salim Segaf: Ulama Terdepan Melawan Komunisme dan Jaga Pancasila
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada 1 Oktober lalu, Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila . Peringatan tersebut tak lepas dari peristiwa 30 September 1965 yang biasa disebut G30S.
ADVERTISEMENT
Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf Al-Jufri, mengatakan ulama memiliki peran besar tidak hanya dalam membidani lahirnya Pancasila, tetapi juga ikut berjuang mempertahankannya.
"Sejarah telah mencatat bahwa para ulama berada pada garda terdepan saat mempertahankan Pancasila,” ujar Salim dalam webinar yang digelar PKS bertajuk 'Peran Ulama Dalam Membela dan Mempertahankan Pancasila' pada Jumat (8/10) malam.
Salim menegaskan, peran ulama dalam menjaga Pancasila tidak perlu diragukan. Ia menilai sangat tidak tepat jika ada anggapan umat Islam tidak setuju dengan keberadaan Pancasila.
“Sehingga, sangat tidak tepat jika kemudian umat Islam dianggap tidak sependapat dengan keberadaan Pancasila, atau bahwa dikatakan melawan Pancasila,” ucapnya.
Ia mencontohkan ketika KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945. Fatwa resolusi jihad itu berhasil membangkitkan semangat para pemuda di seluruh Indonesia, sehingga terjadi peristiwa pertempuran 10 November di Surabaya.
ADVERTISEMENT
“Perjuangan para santri dalam mempertahankan NKRI dan Pancasila ini akhirnya dicatat sebagai hari Pahlawan,” terang Salim.
Salim menambahkan, para ulama juga berada di garda terdepan dalam melawan paham komunisme yang sempat tumbuh subur di Indonesia.
“Sejarah juga mencatat, bahwa para Ulama berada di garis terdepan saat ada upaya kudeta yang dilakukan oleh PKI. Para ulama tampil terdepan melawan upaya penggantian Pancasila menjadi komunisme saat itu,” kata Salim
“Perlawanan terhadap PKI ini dilakukan di berbagai pesantren di Jawa, mulai dari Pesantren Gontor, Pesantren Takeran, sampai dengan Pesantren Tegal Rejo,” lanjutnya.
Sementara pengasuh Pondok Pesantren Darul Rahman, KH Syukron Makmun, menyatakan peran ulama dalam mengusir kolonial dari Nusantara sudah dimulai ratusan tahun sebelum ada gerakan nasional.
ADVERTISEMENT
"Lihat Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Imam Bonjol sudah berjuang lebih dulu agar Nusantara tidak di bawah kekuasaan kolonial," ujarnya.
Perjuangan umat Islam dan ulama pun istikamah termasuk dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Anda silakan survei di Taman Makam Pahlawan di setiap kabupaten/kota. Silakan sensus siapa yang paling banyak berbaring di situ. Itu tanda bukti kontribusi ulama dan umat Islam terhadap NKRI," ungkap Kiai Syukran.
Adapun sejarawan Prof. Ahmad Mansur Suryanegara meminta pemerintah tidak melupakan ulama dalam perannya bagi NKRI.
Ia menyebut, di depan Monas ada patung Pangeran Diponegoro yang menghadap Istana. Ia menyebut, simbol itu adalah pengingat agar penguasa di istana tidak boleh melupakan ulama dalam perjuangan nasional.
ADVERTISEMENT
"Dari situ saja kita mengerti ulama sebagai garda terdepan menjaga Indonesia, disimbolkan menjaga monumen nasional. Istana harus paham ini," ucapnya.