Sajen untuk Dewa Matahari Jadi Ritual Terakhir Penobatan Kaisar Jepang
ADVERTISEMENT
Ritual penobatan Naruhito sebagai Kaisar Jepang yang baru menggantikan ayahnya, Akihito, ternyata belum rampung. Sebagai prosesi terakhir, Naruhito harus memberikan sesajen khusus untuk Dewa Matahari.
ADVERTISEMENT
Dalam ritual bernama "Daijosai" ini, Naruhito akan bermalam di sebuah ruangan sendirian untuk menyajikan sesajen langsung bagi Amaterasu Omikami, dewa matahari. Kaisar Jepang sendiri diyakini dalam kepercayaan Shinto sebagai titisan Amaterasu.
Dikutip dari Reuters, ritual ini akan dimulai pada pukul 19.00, Kamis (14/11). Naruhito yang memakai jubah putih akan memasuki ruangan remang-remang bernama Daijokyu yang dibangun khusus di istana kaisar.
Naruhito akan masuk sendirian membawa obor, diantarkan sampai depan pintu ruangan oleh Ratu Masako.
Di dalamnya, Naruhito akan menyerahkan sesaji bagi Dewa Matahari berupa 32 makanan di atas piring daun pohon ek. Di antaranya sesajinya adalah nasi, gandum, dan arak beras. Dia lalu akan berdoa untuk kemajuan Jepang.
ADVERTISEMENT
Prosesi ini berlangsung selama 2,5 jam. Kemudian, Naruhito keluar untuk melakukan prosesi yang sama di Daijokyu lainnya. Diperkirakan ritual akan berakhir pada pukul 3 dini hari, Jumat (15/11).
Menurut sejarah Jepang, ritual ini dimulai lebih dari 1.000 tahun lalu namun disempurnakan pada akhir 1800-an. Namun ritual ini menuai kritikan karena memakan banyak uang negara, mencapai 2,7 miliar yen, atau hampir Rp 350 miliar.
Salah satu yang mengkritik justru datang dari kalangan kerajaan, yaitu adik Kaisar, Putra Mahkota Akishino. Dia mengatakan prosesi ini seharusnya menggunakan dana kekaisaran, bukan uang pembayar pajak. Akishino juga menyarankan melakukan ritual yang lebih sederhana.