Rusia Akan Fokus Bangun Infrastruktur Senjata Nuklir pada 2023

30 November 2022 19:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rudal balistik antarbenua Yars Rusia diluncurkan selama latihan yang diadakan oleh pasukan nuklir strategis di Plesetsk Cosmodrome, Rusia,  Rabu (26/10/2022). Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Rudal balistik antarbenua Yars Rusia diluncurkan selama latihan yang diadakan oleh pasukan nuklir strategis di Plesetsk Cosmodrome, Rusia, Rabu (26/10/2022). Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rusia akan memusatkan perhatian pada pembangunan infrastruktur untuk senjata nuklir pada 2023. Pernyataan itu disampaikan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, pada Rabu (30/11).
ADVERTISEMENT
Melalui televisi, Shoigu menyebut Rusia akan meningkatkan kemampuan tempur pasukan rudalnya pula. Rusia juga sedang membangun fasilitas untuk mengakomodasi sistem misil baru.
Organisasi nirlaba Federation of American Scientists meyakini, sekitar 90 persen hulu ledak nuklir dimiliki Rusia dan Amerika Serikat (AS). Kremlin menimbun 5.977 hulu ledak nuklir pada 2022.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mengancam akan menggunakan gudang senjatanya selama invasi ke Ukraina sejak 24 Februari. Dia juga telah menempatkan wilayah yang diklaim telah dianeksasi dari Ukraina di bawah perlindungan nuklir Rusia pada September.
Rudal balistik antarbenua Yars Rusia diluncurkan selama latihan yang diadakan oleh pasukan nuklir strategis di Plesetsk Cosmodrome, Rusia, Rabu (26/10/2022). Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
Putin memperingatkan, dia akan menggunakan 'segala sistem persenjataan' untuk mempertahankan keutuhan wilayah Rusia.
Kendati demikian, Putin membantah bahwa dia berniat menggunakan senjata nuklir dalam 'operasi militer khusus' di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Putin menjelaskan, dia hanya mengeluarkan peringatan semacam itu untuk merespons ancaman nuklir dari Barat. Putin menyinggung pernyataan mantan Perdana Menteri Inggris, Liz Truss.
Saat berkampanye untuk jabatan tersebut pada Agustus, Truss mengeklaim bahwa dia bersedia meluncurkan perang nuklir walaupun tindakan tersebut dapat meletuskan penghancuran total di dunia.
Pernyataan ini tentu memicu kekhawatiran bagi Rusia. Putin menggarisbawahi, Rusia juga memiliki senjata pemusnah massal yang menurutnya bahkan lebih canggih dari milik NATO.
Rudal balistik antarbenua Yars Rusia diluncurkan selama latihan yang diadakan oleh pasukan nuklir strategis di Plesetsk Cosmodrome, Rusia, Rabu (26/10/2022). Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
AS lalu memperingatkan Rusia akan konsekuensi penggunaan senjata nuklir. Kedua negara itu seharusnya mengadakan pembicaraan tentang perjanjian New START pada 29 November sampai 6 Desember. Tetapi, Rusia menarik diri menjelang pertemuan itu.
Perjanjian yang yang mulai berlaku pada 2011 tersebut membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan AS. Kesepakatan ini turut mengekang penyebaran rudal berbasis darat dan kapal selam, serta pesawat tempur yang mengirimkannya.
ADVERTISEMENT
"Pihak Rusia memberi tahu Amerika Serikat bahwa Rusia secara sepihak telah menunda pertemuan itu dan menyatakan akan mengusulkan tanggal baru," terang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari Reuters, Rabu (30/11).
"[AS] siap untuk menjadwal ulang sedini mungkin karena melanjutkan inspeksi adalah prioritas untuk mempertahankan perjanjian sebagai instrumen stabilitas," imbuhnya.