Koordinator Uji Klinis Vaksin Corona Prof Kusnandi Rusmil

Prof Kusnandi Yakinkan Publik Efek Samping Vaksin Sinovac Sangat Minim

14 Januari 2021 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac Prof Dr Kusnandi Rusmil memastikan bahwa vaksin Sinovac tersebut memiliki keamanan yang cukup baik. Tidak ada efek samping berlebihan selama proses uji berlangsung sejak 11 Agustus 2020.
“Jadi saya katakan bahwa selama ini kalau keamanannya cukup baik. Tetapi kalau untuk efektivitas dan imunogenitas itu sedang dalam penelitian itu belum selesai,” ujar Kusnadi belum lama ini.
Kusnadi menjelaskan pihaknya telah melakukan uji klinis terhadap vaksin Sinovac dalam dua fase sama seperti yang dilakukan di Wuhan, China.
Awalnya tim uji klinis mengambil sampel sebanyak 1.800 orang. Setelah dilakukan rapid dan swab, dari jumlah tersebut yang lolos persyaratan tercatat sebanyak 1.732 orang. Kemudian dilakukan screening lanjutan dan diperoleh 1.620 orang yang akhirnya disuntik vaksin Sinovac untuk fase I.
"Dari 1.620 kita telah lakukan suntikan pertama kemudian kita lakukan suntikan kedua yang hadir hanya 1.603, yang 17 tidak datang dengan alasan pindah kantor, sakit dan sebagainya,” ujarnya. Setelah penyuntikan fase II, ke 1.603 orang tersebut dipantau selama 6 bulan. Hasilnya, diketahui efek samping vaksin Sinovac hanya berupa demam ringan," ungkapnya.
“Kita telah mengikuti 6 bulan. Apa yang didapat? Ternyata yang terjadi hanya panas ringan. Deman dikit, bengkak ringan. Yang dalam dua hari itu 20 persennya sembuh sendiri. Jadi saya katakan bahwa selama ini kalau keamanannya cukup baik,” ujarnya.
Koordinator Uji Klinis Vaksin Corona Prof Kusnandi Rusmil. Foto: Dok. Istimewa
Untuk itu Kusnadi berharap agar masyarakat tidak mudah percaya dengan isu-isu negatif yang beredar tentang efek samping vaksin Sinovac. Kusnadi mengatakan bahwa manfaat vaksin jauh lebih besar ketimbang efek sampingnya.
“Jadi saya nitip bahwa isu-isu yang beredar vaksin begini vaksin begitu rasanya enggak. Karena di Indonesia sudah biasa melakukan imunisasi di puskesmas. Karena manfaat vaksin jauh lebih besar dari efek sampingnya," jelas dia.
"Jadi saya mohon sekali lagi dicamkan bahwa memang ada efek samping tapi tidak menyebabkan hal merugikan, efek imunisasi jauh lebih baik daripada efek sampingnya,” tandasnya.
Bantah Ada Efek ADE
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad itu juga membantah bahwa fenomena ADE (Antibody-dependent enhancement) juga terjadi untuk SARS-CoV-2.
ADE yang sekarang ini sedang banyak dibicarakan, adalah fenomena yang mungkin terjadi pada pemberian antibodi (vaksin atau antibodi lain) yang berupa reaksi yang memperkuat infeksi sehingga terjadinya suatu kejadian imunopatologis yang berat.
Menjawab hal tersebut, Prof Kusnandi menyatakan bahwa fenomena ADE sejauh ini baru terlihat pada dengue. Keberadaan fenomena ADE pada kasus MERS, SARS, Ebola, dan HIV hanya ditemukan in silico (simulasi komputer) dan in vitro (percobaan di cawan petri laboratorium).
Vaksin buatan Sinovac Biotech, China, bernama CoronaVac. Foto: Sinovac
“Tidak menggambarkan fenomena di manusia,” kata Prof Kusnandi, dalam siaran pers Bio Farma, dikutip kumparan.
Pernyataan Kusnandi ini tentu menjadi informasi berharga bagi masyarakat. Hal penting lainnya yang dinyatakan Kusnandi adalah, pada umumnya reaksi ADE ini sudah dapat dilihat sejak pengembangan vaksin di uji preklinis pada hewan.
“Vaksin SARS-CoV-2 dari Sinovac pada publikasinya di 'Science' sudah menyebutkan bahwa pada uji preklinisnya tidak menemukan kejadian ADE pada hewan yang sudah divaksinasi. Bahkan hewan yang sudah divaksinasi ini mampu bertahan setelah dipaparkan dengan virus SARS-CoV-2,” ujarnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten