PM Inggris Ancam Lockdown Usai Kasus Corona Capai 7 Ribu dalam 2 Hari Berturut

1 Oktober 2020 2:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria yang mengenakan masker wajah dan sarung tangan berjalan di Westminster Bridge, London, Inggris, (19/3). Foto: REUTERS/Hannah McKay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria yang mengenakan masker wajah dan sarung tangan berjalan di Westminster Bridge, London, Inggris, (19/3). Foto: REUTERS/Hannah McKay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Inggris pada hari Rabu (30/9) mencatatkan penambahan kasus COVID-19 sebanyak 7.108 pasien. Ini merupakan kali kedua secara beruntun ada lebih dari 7.000 kasus dalam sehari yang dicatatkan negeri Ratu Elizabeth itu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendesak warganya untuk mematuhi protokol kesehatan demi mengantisipasi munculnya gelombang kedua corona.
Jika imbauan tersebut tidak dijalankan, Boris menyebut lockdown yang lebih ketat bisa saja kembali diterapkan.
"Saya tahu bahwa beberapa orang akan berpikir kita harus menyerah dan membiarkan virus mengambil alih meskipun ada banyak nyawa yang berpotensi menjadi korban," kata Boris Johnson seperti dikutip dari Reuters, Kamis (1/10).
PM Inggris Boris Johnson Foto: Reuters/Hannah Mckay/
"Saya harus mengatakan saya sangat tidak setuju dan saya tidak berpikir itu yang diinginkan orang Inggris. Saya tidak berpikir mereka ingin menyerah, mereka ingin melawan dan mengalahkan virus," lanjut dia.
Diketahui pada Selasa (29/9), Inggris mencatatkan penambahan kasus baru sebanyak 7.143. Jumlah itu menjadi total kasus harian tertinggi yang dicatatkan Inggris di tengah upaya mereka untuk terus meningkatkan jumlah tes.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini tercatat Inggris telah memproses lebih dari 200.000 tes sehari, jumlah itu lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah tes pada awal pandemi terjadi.
Inggris juga mencatat ada 71 kasus kematian dalam 28 hari terakhir akibat COVID-19, jumlah yang sama yang dicatatkan pada hari Selasa lalu, di mana itu menjadi jumlah korban terbesar yang dilaporkan sejak Juli.