PM Baru Thailand Tolak Ganja untuk Keperluan Non-Medis

15 September 2023 19:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Srettha Thavisin dari Partai Pheu Thai, usai terpilih menjadi perdana menteri kerajaan yang ke-30, tiba di markas besar partai setelah pemungutan suara perdana menteri di parlemen di Bangkok, Thailand, Selasa (22/8/2023). Foto: Manan Vatsyayana/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Srettha Thavisin dari Partai Pheu Thai, usai terpilih menjadi perdana menteri kerajaan yang ke-30, tiba di markas besar partai setelah pemungutan suara perdana menteri di parlemen di Bangkok, Thailand, Selasa (22/8/2023). Foto: Manan Vatsyayana/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana Menteri Thailand yang baru dilantik Agustus lalu, Srettha Thavisin, menentang konsumsi ganja untuk keperluan non-medis (komersil).
ADVERTISEMENT
Pada Juni 2022, Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melegalisasikan ganja — sekaligus menghapus tanaman ganja dari daftar narkotika terlarang.
Dikutip dari AFP, komentar Srettha soal ganja disampaikan dalam wawancaranya dengan media lokal The Standard, pada Jumat (15/9).
"Saya tidak mendukung penggunaan ganja untuk konsumsi non-medis, hanya penggunaannya untuk tujuan pengobatan," ujar Srettha.
Sebenarnya, Srettha juga telah menyuarakan ketidaksetujuannya atas konsumsi ganja untuk kebutuhan komersial selama kampanye politik berlangsung dua bulan lalu.
"Jika masalah ini menyebar di masyarakat, ini dapat menyebabkan masalah narkotika yang lebih luas," sambung mantan pengusaha real-estate terkemuka di Thailand itu.
Namun, Srettha menekankan pentingnya berkompromi dengan Partai Bhumjaithai — yang mengesahkan legalisasi ganja dan dekriminalisasi ganja medis.
Turis mengantre untuk membeli ganja di Happy Bud, sebuah truk ganja di Khaosan Road, salah satu tempat wisata favorit di Bangkok, Thailand, Senin (13/6/2022). Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
Partai Bhumjaithai merupakan pesaing partai yang mengusung Srettha, Pheu Thai. Namun, dibandingkan bersaing Srettha pada Agustus lalu membentuk koalisi antara Pheu Thai yang dipimpin oleh keluarga konglomerat Shinawatra beserta Bhumjaithai.
ADVERTISEMENT
Ketua Partai Bhumjaithai, Anutin Charnvirakul, mengatakan sebelum kesepakatan koalisi dibentuk dia akan terus mendorong UU pro-ganja di parlemen.
Meski begitu, Charnvirakul tetap menegaskan bahwa dekriminalisasi ganja seharusnya hanya mengizinkan konsumi ganja untuk kebutuhan pengobatan saja.
Legalisasi ganja yang belum pernah terjadi dalam sejarah Thailand ini mendorong ratusan apotek yang menjual ganja bermunculan di Ibu Kota Bangkok. Pemerintah di bawah Partai Bhumjaithai kala itu juga mengizinkan warga Thailand menanam ganja medis di rumah.
Terlepas dari kemudahan mengakses ganja, ganja hanya diizinkan dikonsumsi oleh mereka yang berusia di atas 20 tahun dan bukan termasuk ibu hamil atau menyusui.
Pemerintah juga melarang konsumen membawa ganja yang dibeli dari Thailand ke luar negeri. Terlepas dari kekhawatiran luas, ganja— pada akhirnya, sangat membantu ekonomi Thailand yang terpukul akibat pandemi.
ADVERTISEMENT