Pidato Jokowi di Sidang Umum PBB Berisi Kritik untuk Amerika Serikat dan China

23 September 2020 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana saat Presiden Joko Widodo memberikan pidato pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB di Manhattan, New York City, New York, Amerika Serikat. Foto: Kementerian Luar Negeri
zoom-in-whitePerbesar
Suasana saat Presiden Joko Widodo memberikan pidato pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB di Manhattan, New York City, New York, Amerika Serikat. Foto: Kementerian Luar Negeri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
ADVERTISEMENT
Begitulah penggalan pernyataan Presiden Jokowi dalam pidato perdananya di Sidang Majelis Umum ke-75 PBB.
Kalimat tersebut diucapkan Jokowi tak lama sesudah membuka pidato, Rabu (23/9) pagi WIB. Sebelumnya, Jokowi sempat menjelaskan singkat mengenai PBB yang berusia 75 tahun dibentuk untuk membentuk dunia yang stabil dan sejahtera.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Foto: Kemenlu/HO ANTARA FOTO
Menurut Rektor Unjani dan Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana, pernyataan Jokowi di atas ditujukan untuk mengkritik China dan Amerika Serikat.
Dua negara itu saat ini adalah pemiliki ekonomi terbesar dunia. Dan, kini rivalitas China dan AS semakin meruncing.
"Iya, Amerika Serikat dan China," kata Hikmahanto saat dihubungi kumparan.
Hikmahanto menambahkan, Jokowi dalam pidatonya juga mendorong agar PBB bekerja lebih konkret.
ADVERTISEMENT
"Bahkan PBB diminta untuk melakukan hal yang konkret. Karena kesannya kan di PBB cuma bicara saja," tutur dia.
Sementara itu pengamat hubungan internasional dari President University Teuku Rezasyah mengatakan, ada kata kunci mengapa ucapan Jokowi itu ditargetkan ke China dan AS.
"Beliau menggunakan kata kunci tiada guna dan dunia tenggelam, tenggelam itu asosiasinya dengan laut, laut itu secara semiotik beliau menafsirkan China," kata Rezasyah lewat pesan kepada kumparan.
"Tapi bukan cuma China, naval power itu China iya, AS iya. Beliau tidak menyebut kedua negara itu, tapi secara semiotik maksudnya itu," sambung dia.
Dalam pandangan Rezasyah, dengan secara tak langsung mengkritik AS dan China, Jokowi mengirim pesan agar tatanan stabilitas dunia tidak di rusak dua negara raksasa tersebut.
ADVERTISEMENT
"Karena kata kuncinya tenggelam, tenggelam itu tenggelam di laut, secara semiotik jangan sampai mereka yang punya naval power itu merusak tatanan dunia," tegas dia.