Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2017 Cenderung Datar

7 Agustus 2017 8:38 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua 2017. Beberapa ekonom telah memproyeksikan bahwa perekonomian lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, namun jika diakumulasikan selama semester pertama 2017, pertumbuhan ekonomi cenderung flat (datar).
ADVERTISEMENT
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini sebesar 5,07 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 5,01 persen (yoy). Meningkatnya kinerja ekonomi tersebut didorong oleh peningkatan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga, serta konsumsi dan investasi pemerintah.
"Peningkatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II tahun ini terindikasi dari impor barang konsumsi yang tumbuh 14,5 persen (yoy), meningkat dari kuartal I tahun ini yang tercatat 4,8 persen (yoy). Selain itu, pertumbuhan uang beredar (M1) menunjukkan tren peningkatan dari 14,2 persen (yoy) pada kuartal pertama menjadi 17,8 persen (yoy) pada kuartal II tahun ini," ujar Josua saat dihubungi kumparan (kumparan.com) Senin (7/8).
ADVERTISEMENT
Jika diakumulasikan, selama semester pertama 2017 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen, artinya perekonomian flat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurutnya, pada kuartal kedua tahun ini secara rata-rata mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Meskipun terbatas, konsumsi rumah tangga masih dipengaruhi oleh faktor musiman Idul Fitri serta liburan sekolah pada akhir kuartal II.
"Sementara itu, konsumsi pemerintah pada kuartal II juga cenderung solid terindikasi dari penyaluran bantuan pangan non tunai pemerintah pada bulan Juni yang lalu. Selain itu, konsumsi pemerintah masih ditopang oleh oleh akselerasi belanja pemerintah, dengan peningkatan belanja pegawai dan belanja barang yang signifikan," jelasnya.
Selain konsumsi rumah tangga dan pemerintah, lanjutnya, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal kedua tahun ini diproyeksikan tumbuh positif namun melambat dari kuartal sebelumnya. Hal ini terindikasi dari penjualan semen yang terkontraksi -1,2 persen (yoy) pada 2Q17 dari 2,0 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya; sementara impor barang modal pada kuartal II juga tumbuh terkontraksi -2,3 persen (yoy) dari kuartal sebelumnya 6,5 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Selain itu, pertumbuhan ekspor pada kuartal kedua 2017 juga diperkirakan sedikit melemah, terindikasi dari kinerja pertumbuhan ekspor non-migas yang melambat menjadi 6,8 persen (yoy) dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 21,8 persen (yoy).
"Dari sisi sektoral, sektor manufaktur memang masih berkontribusi paling besar pada perekonomian Indonesia, namun pertumbuhan sektor pengolahan diperkirakan masih sekitar 4-5 persen (yoy), di mana laju pertumbuhannya diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan sektor jasa seperti informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang diperkirakan mencatat laju pertumbuhan paling tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, namun demikian kontribusi dari kedua sektor tersebut relatif kecil yakni kurang dari 5 persen dari perekonomian," papar Josua.
Meski demikian, pihaknya tetap optimistis hingga akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi selama tahun ini bisa mencapai 5,2 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi dari April hingga Juni 2017 sebesar 5,0 persen (year on year/yoy), cenderung flat dibandingkan kuartal pertama 2017 sebesar 5,01 persen (yoy). Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan kuartal kedua tahun lalu sebesar 5,18 persen (yoy).
"Konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi meningkat terbatas. Namun ekspor diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang lebih rendah," ujar Andry.
Jika diakumulasikan, maka pada semester pertama 2017 pertumbuhan ekonomi diprediksi sebesar 5,03 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,04 persen (yoy).