Pertemuan Hari Pertama Menlu ASEAN di Jakarta Bahas Ancaman Nuklir

11 Juli 2023 10:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menyiapkan bendera di salah satu ruangan jelang Pertemuan ke-56 Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) di Jakarta, Senin (10/7/2023).  Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menyiapkan bendera di salah satu ruangan jelang Pertemuan ke-56 Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) di Jakarta, Senin (10/7/2023). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertemuan menteri luar negeri ASEAN yang ke-56 (ASEAN Foreign Ministers Meeting/AMM) dan Post Ministerial Conference (PMC) resmi dimulai hari ini, pada Selasa (11/7) hingga Jumat (14/7) di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pertemuan tersebut merupakan bagian dari persiapan menuju KTT ASEAN ke-43 yang dijadwalkan berlangsung pada September 2023 mendatang.
Pantauan kumparan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi secara resmi memulai forum 56th AMM-PMC di Ballroom Hotel Shangri-La sekitar pukul 10.10 WIB.
Adapun sebelum memulai acara inti pada hari yang sama, Retno terlebih dahulu memimpin diskusi bersama Commission of the Southeast Asia Nuclear-Weapon-Free Zone (SEANWFZ)
Dalam sambutannya, Retno menyinggung soal meningkatnya ancaman penggunaan senjata nuklir yang lebih tinggi dari yang pernah ada sebelumnya dalam sejarah.
Tanpa menyebutkan secara spesifik negara mana yang dimaksud, Retno mengatakan bahkan ancaman nuklir tersebut sudah tiba di kawasan Asia Tenggara itu sendiri.
"Kita terus mendengar peringatan tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir, kita juga melihat kekuatan nuklir tetap menjadi bagian dari doktrin militer beberapa negara, termasuk di kawasan kita," jelasnya.
Menlu Retno Marsudi di Asean Foreign Ministers Meeting. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
Mewakili Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Retno menegaskan kembali bahwa keberadaan senjata nuklir di Asia Tenggara hanya akan meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan bagi negara-negara sekitar.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu betul bahwa kita tidak bisa benar-benar aman dengan senjata nuklir di wilayah kita, tidak ada senjata yang lebih kuat dan merusak daripada senjata nuklir," ungkap Retno.
Dan dengan senjata nuklir, sambung dia, kita hanya berjarak satu kesalahan perhitungan saja daari 'kiamat' dan bencana global. Oleh karenanya, memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara menjadi prioritas dan fokus utama pembahasan dalam agenda 56th AMM kali ini.
"Ini adalah fondasi kita untuk mengubah kawasan ini [Asia Tenggara] menjadi pusat pertumbuhan," tutur Retno.
Di hadapan ke-10 menteri luar negeri yang hadir, Retno menyerukan agar negara anggota ASEAN harus terus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan yang bebas dari senjata nuklir (nuclear weapon free zone).
Foto ini disediakan oleh pemerintah Korea Utara, menunjukkan ledakan bawah air dari hulu ledak uji yang dimuat ke kapal serang nuklir bawah air tak berawak "Haeil" selama latihan di sekitar Teluk Hongwon di perairan lepas pantai timur Korea Utara. Foto: Kantor Berita Pusat Korea/Layanan Berita Korea via AP
Dalam mewujudkan upaya tersebut, ASEAN sebenarnya sudah memiliki kesepakatan SEANWFZ yang telah ditandatangani para anggota pada 1995 guna mencegah meluasnya kepemilikan senjata nuklir secara global.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kesepakatan itu belum sepenuhnya berperan dalam menekan penggunaan senjata nuklir.
"Namun 25 tahun setelah penandatanganan protokol SEANWFZ Treaty, belum ada satupun negara pemilik senjata nuklir yang menandatanganinya," ungkap Retno.
Retno kemudian mengajak para menlu ASEAN dalam pertemuan ini untuk bertindak lebih tegas dan mencari langkah terbaik untuk mencegah terjadinya bencana nuklir yang mengancam.
"Kita tidak bisa membiarkan hal-hal kecil mengaburkan gambaran yang lebih besar. Kita harus bersatu di hadapan negara-negara pemilik senjata nuklir," jelas dia.
"Hanya dengan demikian kita dapat menempa jalan yang lebih jelas menuju kawasan yang bebas dari senjata nuklir," tutup Retno.