Perihal Tak Penting-penting Amat soal Perayaan Idul Fitri di Dunia

23 Mei 2020 16:28 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salat Idul Fitri di dekat Masjid Katedral Moskwa, Rusia. Foto: REUTERS/Shamil Zhumatov
zoom-in-whitePerbesar
Salat Idul Fitri di dekat Masjid Katedral Moskwa, Rusia. Foto: REUTERS/Shamil Zhumatov
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selamat Hari Raya Idul Fitri 2020! 30 hari puasa telah berlalu, berganti Syawal, dan 10 bulan penuh kerinduan akan Ramadhan menanti kita setelahnya. Namun itu bisa menunggu, karena Idul Fitri telah tiba dan kita boleh sejenak bersukacita. Selamat Idul Fitri, selamat kembali pada jiwa yang penuh fitrah!
Idul Fitri, yang secara umum disebut dengan Eid al-Fitr dalam bahasa Inggris, akan dirayakan hampir serentak di seluruh dunia pada akhir pekan ini. Negara-negara seperti India, Arab Saudi, juga Indonesia telah menetapkan hari pertama bulan Syawal pada Minggu (24/5).
Malam ini takbir akan berkumandang dan esok ujaran Happy Eid Mubarak! akan banyak diucapkan. Eid Mubarak kurang lebih berarti “perayaan yang terberkati”, menjadi padanan dari selamat lebaran di Indonesia. Di berbagai negara, Idul Fitri punya nama, punya ucapan, dan punya bentuk perayaan yang berbeda-beda.
Orang Turki, misalnya, menyebut Idul Fitri dengan istilah Şeker Bayramı. Secara sederhana, Şeker Bayramı berarti hari raya gula-gula. Bayram adalah istilah untuk hari libur nasional baik dalam hal kenegaraan maupun hari raya agama di Turki, sementara şeker berarti gula-gula yang merujuk pada tradisi disuguhkannya makanan-makanan manis untuk para tamu keluarga.
Di hari Şeker Bayramı, orang muda akan mencium tangan kanan mereka yang lebih tua dan menempelkan punggung tangannya ke dahi mereka. Masing-masing orang juga akan beruluk salam dengan memanggil “bayramınız kutlu” atau “mübarek olsun”, yang berarti: “Semoga perayaanmu diberkati.”
Ilustrasi melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaid
Lain lagi bagi orang Nigeria utara yang memanggil Idul Fitri dengan sebutan Small Sallah (dan menyebut Idul Adha dengan big sallah, atau ram sallah). Yang unik adalah ucapannya, yaitu barka da sallah. Secara bahasa ia mirip-mirip dengan arti Idul Fitri—semoga perayaanmu terberkati—dan biasa digunakan orang-orang saat bertemu di hari Idul Fitri.
Namun demikian, penggunaan ragam bahasa Hausa itu bisa jadi berubah: bagi anak kecil, uang saku (semacam angpao Lebaran) disebut barka da sallah. Seperiuk makanan yang dibawakan istri buat petugas keamanan yang berjaga di Idul Fitri juga disebut barka da sallah. Khusus pada Idul Fitri, barka da sallah menjadi pengganti segala macam salam di Nigeria.
Di Jawa, orang bilang, “Sugeng riyadi” atau “Sugeng riyadin” sebagai ucapan selamat kepada umat Islam yang telah berhasil menuntaskan puasa satu bulan dan kemudian menemui riyaya—hari raya. Sugeng kurang lebih berarti selamat, sementara riya berasal dari rina (hari) dan yaya (raya), dan din (agama, dari bahasa Arab).
Ada pula ucapan khas yang muncul di Idul Fitri, khususnya di Indonesia. Ucapannya begini, “Loh, Fulan, kok sendirian? Kapan nih rencana nikah? Nanti keburu tua, loh.”
Biasanya, ucapan tersebut muncul dari mereka yang: 1) sehabis sahur memilih tidur ketimbang sembahyang subuh, dan 2) yang selama Ramadhan cuma mendapat lapar dan haus—tidak lebih. Bisa jadi.
Suasana di atas kapal feri yang penuh sesak saat mudik untuk merayakan Idul Fitri di Munshiganj, Bangladesh. Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Tentunya yang berbeda-beda tidak hanya soal ucapan selamat Idul Fitri di berbagai negara. Cara merayakan, tradisi-tradisi, sampai makanan-makanan khas yang disajikan juga bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya.
Di sub-kontinental India (Pakistan, Bangladesh, dan India sendiri), malam sebelum hari raya Idul Fitri disebut dengan Chaand Raat. Chaand Raat berarti Malam Berbulan, datang dari Sanskrit candrá (चंद्र) berarti bulan, dan rā́tri (रात्रि) berarti malam.
Pada malam tersebut, umat Islam di negara-negara itu sering kali berkunjung ke bazar-bazar dan pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Idul Fitri. Lampu dan hiasan di rumah dipendar dan digelar secara mewah, dengan berbagai makanan khas pora macam mutton briyani yang pedas dan sheer khurma sebagai pencuci mulut.
Baju baru juga menjadi tradisi pada perayaan Idul Fitri di India. Uang jajan buat anak-anak dari orang yang lebih tua juga diberikan. Khusus buat perempuan-perempuan, hiasan Mehndi (henna) di tangan menjadi perhatian khusus. Seni hias dari masa lampau tersebut masih bertahan sampai saat ini, menjadi simbol dari bangkitnya “cahaya batin” penggunanya.
Mehendi atau Mehndi. Foto: Pixabay
Di Afghanistan, Idul Fitri menjadi salah satu agenda tahunan terpenting bagi masyarakatnya yang mayoritas Islam sunni. Idul Fitri, yang dalam komunitas berbahasa Pashtun disebut dengan Kochnai Akhtar, dirayakan secara nasional selama tiga hari berturut-turut.
Persiapan menuju Idul Fitri dimulai 10 hari sebelum 1 Syawal dengan membersihkan dan merenovasi rumah. Kegiatan ini disebut Khana Takani, mirip dengan tradisi bersih-bersih musim semi di budaya Barat.
Selain bersih-bersih, masyarakat Afghan juga melakukan tradisi normal Lebaran seperti berbelanja penganan ringan, baju baru, dan makanan-makanan manis. Tradisi memberi angpao Lebaran juga dilakukan di Afghanistan.
Satu tradisi yang tak biasa adalah tokhm-jangi, permainan adu telur yang dilakukan dari anak-anak sampai orang dewasa di Afghanistan. Permainan ini dilakukan dengan cara membenturkan satu telur rebus keras ke telur rebus pemain lain.
Telur rebus yang kulitnya pecah pertama menjadi peserta yang kalah. Pemenangnya akan mendapat hadiah yang sudah ditentukan sebelumnya, bisa berbentuk permen, buah kering, sampai uang.
Tentu saja, lebaran tak cuma dirayakan di negara dengan mayoritas penduduk muslim. Di Rusia, Idul Fitri juga mengambil tempat dengan beberapa tradisi yang tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di negara-negara lain.
Pada pagi hari Idul Fitri, semua laki-laki pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Id sementara perempuan mempersiapkan jamuan di rumah. Rumah-rumah dibersihkan, baju-baju terbaik dikenakan, dan sanak saudara mengunjungi tetua-tetua sebagai bentuk penghormatan.
Tradisi sedikit berbeda terjadi di Republik Kaukasus Utara. Sedari pagi, anak-anak sudah tak berada di rumah. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah dengan kantong-kantong terbuka, yang diisi oleh tetangga-tetangga dengan permen atau gula-gula lain. Mirip dengan tradisi Halloween di Amerika Serikat.
Yang kemudian berbeda, Rusia tidak membuat Idul Fitri sebagai hari libur nasional. Namun demikian, libur tidaknya perayaan Idul Fitri biasanya ditentukan oleh daerah masing-masing. Daerah seperti Republik Tatarstan menjadikan Idul Fitri sebagai hari libur. Malahan, di Republik Chechnya dan Dagestan, Idul Fitri dijadikan hari libur selama tiga hari. Di Dagestan, Idul Fitri bahkan sudah dirayakan sejak masa Uni Soviet.
Begitulah. Tidak penting-penting amat, tapi mungkin menarik buat anda. Sekali lagi: Selamat hari raya Idul Fitri. Semoga pandemi cepat terlewati.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk, bantu donasi untuk mengatasi dampak wabah corona.