Perempuan Arab Saudi Mulai Berani Merokok di Tempat Umum

16 Februari 2020 15:10 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita Arab Saudi bercadar. Foto: AFP/GIUSEPPE CACACE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita Arab Saudi bercadar. Foto: AFP/GIUSEPPE CACACE
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rima --bukan nama sebenarnya-- duduk di sebuah kafe kawasan elite di Riyadh, Arab Saudi. Setelah tengok kanan-kiri dan memastikan tidak ada yang mengenalinya, dia mulai menyulut rokoknya. Ini pemandangan yang tidak pernah terlihat setahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
"Saya merasa merokok di tempat umum adalah bagian dari mempraktikkan kebebasan yang baru saya raih. Saya senang sekarang bisa memilih," kata Rima, 27, seorang karyawan swasta di Riyadh, kepada AFP, Minggu (16/2).
Sebagai ibu kota Saudi, Riyadh adalah kota metropolitan modern dengan bangunan tinggi menjulang, tidak bisa disamakan dengan kota suci Makkah dan Madinah. Namun sebelumnya para wanita di kota ini masih menjaga adat keislaman dengan ketat, termasuk memakai cadar dan abaya.
Seorang wanita Saudi memegang rokok elektroniknya di Riyadh, Arab Saudi. Foto: AFP/HAITHAM EL-TABEI
Wanita merokok di tempat umum adalah pemandangan aneh di Riyadh, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir. Menurut pantauan AFP, kini wanita yang merokok di tempat umum mulai sering terlihat di Riyadh. Rokok batangan, shisha, atau vape, terlihat mereka pegang di pinggir jalan atau di kafe.
ADVERTISEMENT
Sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) memimpin, Saudi memang mengalami banyak perubahan dalam hal peraturan bagi wanita. Kini wanita di Saudi boleh mengendarai mobil sendiri, menonton di stadion, hingga punya paspor tanpa izin wali.
"Saya tidak pernah membayangkan bisa merokok shisha di tempat umum di samping lelaki. Sekarang semuanya boleh. Wanita keluar tanpa hijab, tanpa abaya, dan mereka merokok di tempat umum," kata Heba, 36, yang duduk dekat Rima.
Seorang wanita Saudi merokok di depan umum di Riyadh, Arab Saudi. Foto: AFP/HAITHAM EL-TABEI
Rima sendiri sudah merokok sejak dua tahun lalu. Tapi dia mengaku masih sembunyi-sembunyi dari keluarganya.
"Saya tidak akan memberitahu mereka soal kebebasan pribadi saya, karena mereka tidak akan mengerti bahwa wanita bebas merokok seperti pria," kata wanita yang mengenakan abaya hitam dengan bordiran berwarna emas ini.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian oleh King Abdulaziz University yang diberitakan Arab News pada 2015, 65 persen pelajar wanita Saudi mengaku merokok diam-diam. Salah satunya yang sudah merokok sejak SMA adalah Najla, yang sama seperti Rima tidak ingin nama aslinya disebut.
Wanita 26 tahun ini mengaku merokok masih jadi aib dan skandal di Saudi. Najla bercerita, kawannya dikirim ke klinik kecanduan setelah orang tuanya tahu dia merokok.
"Hak-hak saya akan sepenuhnya dihargai jika keluarga saya menerima bahwa saya adalah perokok," kata Najla.
Perubahan terjadi setelah MbS mencanangkan Visi 2030 Saudi bebas dari ketergantungan minyak. Saudi menggodok berbagai sektor penghasil uang, di antaranya pariwisata dan investasi. Namun untuk itu, Saudi harus memodernisasi dan membuka diri bagi budaya-budaya Barat.
Ilustrasi hari valentine di Arab Saudi. Foto: AFP/STR
Pada 2016, pemerintah Saudi mengeluarkan dekrit yang membatasi peran polisi agama. Polisi agama tidak bisa lagi langsung menindak dan menangkap warga Saudi di jalanan lagi. Tugas mereka hanya melakukan imbauan, sementara penindakan akan dilakukan polisi atau badan antinarkotika.
ADVERTISEMENT
Dulu, wanita yang merokok di jalan atau memperlihatkan rambutnya bisa ditindak tegas oleh polisi Saudi. Saat ini semua diperbolehkan, termasuk menjual mawar dan benda-benda pink di Hari Valentine.
"Kebanyakan klien perempuan kami memesan shisha. Hal ini bahkan tidak terbayangkan tiga bulan yang lalu," kata seorang pelayan asal Lebanon di kafe sebelah utara Riyadh.