Penjelasan Ilmiah soal Deddy Corbuzier Kena Badai Sitokin meski Negatif Corona

23 Agustus 2021 13:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deddy Corbuzier. Foto: Instagram @mastercorbuzier
zoom-in-whitePerbesar
Deddy Corbuzier. Foto: Instagram @mastercorbuzier
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Youtuber Deddy Corbuzier baru-baru ini ini mengumumkan dirinya sempat terinfeksi COVID-19. Namun, setelah dua hari ia langsung dinyatakan negatif.
ADVERTISEMENT
Hal buruk baru terjadi 2 minggu setelah ia negatif. Badannya demam dan menurut dokter ia terkena badai sitokin.
Ia mempertanyakan, kenapa hal itu bisa terjadi? Di sisi lain Deddy Corbuzier juga mengungkap dirinya rajin olahraga dan makan makanan sehat. Oleh karena itu ia heran.
Ahli paru RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, dr. Efriadi, Sp.P, menjawab hal tersebut. Sebagai pembuka, ia menjelaskan apa sebenarnya badai sitokin itu.
"Jadi, badai sitokin ini peradangan di multiorgan, bukan hanya di paru. Namun sel-sel radang ini tidak terkendali sehingga kalau dia banyak jumlahnya akan memunculkan kerusakan sel yang lebih jauh, terutama di paru-paru," kata Efriadi kepada kumparan, Senin (23/8).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, badai sitokin tersebut menyebabkan sel radang menjadi berlebih. Sehingga, organ-organ vital tubuh termasuk jantung, hati, hingga paru, bisa terserang.
Namun, paru-paru menjadi organ yang amat dikhawatirkan lantaran di situlah proses pertukaran oksigen terjadi. Apabila proses tersebut gagal, maka tentu oksigen akan menjadi sulit untuk diedarkan ke organ-organ lain.
"Jadi kalau sel radang lebih banyak dari sel antiradang itu akan lebih merusak, terutama di paru. Tapi sebetulnya yang rusak itu bukan hanya di paru. Organ besar lainnya juga bisa kena, seperti jantung, hati, otak, ginjal, dan organ besar lainnya bisa kena semuanya," jelas Efriadi.
"Tapi yang paling mengkhawatirkan itu di paru, karena sebagai proses pertukaran gas," tambahnya.
Lantas, apa kaitannya dengan COVID-19?
Efriadi, dokter spesialis paru. Foto: Facebook/@efriadispp
Badai sitokin ini sebenarnya bukanlah hal baru. Ini bisa menyerang siapa saja yang umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit seperti kanker atau autoimun. Namun berdasar Efriadi, virus corona merupakan virus yang bisa dengan cepat menyebabkan peradangan pada organ tubuh.
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurut Efriadi, hal tersebut masih bisa terjadi setelah seseorang tersebut dinyatakan telah negatif corona. Inilah yang dialami Deddy.
Efriadi menjelaskan itu bisa terjadi karena proses pemulihan dari peradangan tersebut masih terjadi. Jika imun seseorang terus menurun dalam proses pemulihan, di situlah badai sitokin bisa menyerang.
"Virus ini perginya cepat, 10-14 hari berkurang jumlahnya, malah hilang. Namun, kerusakan di organ targetnya butuh waktu lama untuk sembuh. Makanya pasien ini kok ada yang masih agak sesak, kemudian kok pegel-pegel, agak telmi, sering terjadi seperti itu," urai Efriadi yang juga berdinas di RS Yarsi ini.
"Walaupun sudah negatif, yang namanya proses inflamasi itu masih berjalan terus. Pemulihan berjalan terus. Ketika imunnya naik turun, dia bisa naik lagi. Bisa terjadi badai sitokin, proses inflamasinya bisa meningkat lagi," jelasnya.
ADVERTISEMENT