Pasien Lansia Corona Kerap Hilang Nafsu Makan dan Biasanya Lebih Agresif

14 Oktober 2020 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lansia, kakek dan nenek. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lansia, kakek dan nenek. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasien lansia atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) memiliki penanganan tersendiri terinfeksi virus corona. Bahkan, bisa saja mereka memiliki gejala yang berbeda dengan kelompok usia lainnya.
ADVERTISEMENT
Staf Medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Dr. Soejono, mengungkapkan pasien lansia tak banyak yang bergejala batuk, sakit tenggorokan, atau demam sebelum didiagnosis positif corona. Mereka justru lebih cenderung tidak nafsu makan atau terjadi perubahan perilaku.
"Gejala yang muncul adalah tiba-tiba nafsu makannya hilang, atau tiba-tiba dia alami perubahan perilaku atau kesadarannya berubah. Jadi gejalanya khas," ujar Soejono dalam diskusi di YouTube BNPB, Rabu (14/10).
Misalnya, pasien corona lansia terkadang diikuti dengan sudah menurunnya proses intelegensia, seperti pikun atau cenderung lupa mudah ingatan. Saat menjalani perawatan, sifat mereka akan lebih agresif dan tidak semangat mengikuti kegiatan terapi penyembuhan.
Staf medis menggunakan alat pelindung diri (APD) mempersiapkan ruang isolasi khusus untuk pasien corona di Ciputra Hospital Citra Garden City, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
"Pasien-pasien yang sudah disertai pikun acapkali terjadi perubahan perilaku. Yang tadinya biasanya tenang kemudian jadi agresif. Yang tadinya bisa mudah diikutkan dalam proses rutinitas kesehatan keseharian, tiba-tiba menolak. Menjadi mondar-mandir kesana kemari enggak mau ikuti rutinitas yang dia kerjakan selama ini," tutur dia.
ADVERTISEMENT
"Adanya perubahan seperti itu menyebabkan kita yang disekitarnya jadi lebih sensitif untuk anggap, jangan-jangan ada suatu kondisi penyakit akut di belakang perubahan perilakunya, apa pun perubahan perilaku itu," imbuh Soejono.
Di kesempatan yang sama, perawat bagian geriatri RSCM, Eva Rista Machdalena, menyebut pasien lansia kerap merasa kesepian dan ditinggalkan keluarganya saat menjalani isolasi mandiri. Tak sedikit pasien yang merasa bersalah telah kena corona, dan menularkan anggota keluarga lainnya.
Eva bercerita, kekhawatiran dari pasien lansia yang depresi seringkali membuat imunitas tubuh mereka jadi menurun.
Perawat Bagian Geriatri RSCM, Ns. Eva Rista Machdalena, S.Kep. Foto: Satgas COVID-19
"Karena banyak sekarang mereka depresi, 'gara-gara saya keluarga saya tertular' dan merasa bersalah. Akhirnya mereka cenderung diam, tidak nafsu makan, dan akan mempengaruhi perawatan selanjutnya," cerita Eva.
ADVERTISEMENT
Sebagai perawat yang biasa berjaga di bangsal geriatri, Eva harus memberikan pendampingan kepada pasien dan memotivasi agar segera sembuh. Maka dari itu, jika ada pasien atau keluarganya yang ingin berkomunikasi, ia selalu memberikan waktu kepada mereka.
"Contohnya, kita ada keluarga, sahabat (kena) COVID. Ada dokter, dari psikolog, untuk bawa HP supaya keluarga bisa berkomunikasi dengan pasien itu sendiri. Dan untuk perawatan harus mendampingi pasien sendiri, karena pasien cenderung mudah depresi, sehingga perlu support system dari kita," pungkasnya.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona