Nestapa Penjual Bendera di DIY di Bulan Kemerdekaan: Sepi Pembeli

11 Agustus 2021 13:23 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual bendera di Jalan Juminahan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penjual bendera di Jalan Juminahan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan Agustus tak seceria beberapa tahun ke belakang. Hal itu setidaknya yang dirasakan Susan Novitasari, penjual bendera merah putih di Jalan Juminahan, Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sudah dua Agustus dilalui dengan sepi pembeli akibat pandemi corona yang tak kunjung henti.
"Sebelum pandemi sehari bisa dapat omzet Rp 1 juta sampai Rp 2 juta, sekarang bisa Rp 500 ribu saja itu sudah alhamdulillah banget," kata Susan ditemui di sela-sela berjualan, Rabu (11/8).
Bendera yang dia jual ini pun mayoritas merupakan stok tahun lalu. Kondisi di tahun lalu, menurut dia, sama dengan tahun ini, tetap sepi pembeli lantaran pandemi COVID-19.
"Tapi lebih sepi sekarang. Masih mending tahun lalu," ujarnya.
Ditiadakannya sejumlah kegiatan Agustusan ditengarai menjadi penyebab lesunya penjualan. Mau tak mau dia hanya mengandalkan penjualan bambu dan pembeli perorangan untuk kebutuhan bendera di depan rumah.
"Kalau yang bendera kecil satunya Rp 5 ribu. Yang paling mahal yang untuk background itu Rp 300 ribu. Ada yang 10 meter ada yang 50 meter," ujarnya.
Penjual bendera di Jalan Juminahan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Padahal, Susan amat berharap pada penjualan bendera ini untuk kebutuhan hidup. Dia yang sehari-hari berjualan kue ini mengaku terdampak PPKM. Jualan kuenya juga sepi karena tak ada pembeli.
ADVERTISEMENT
"Setiap tahun memang jualan bendera sudah dari dulu. Usahanya bapak. Bapak sudah tidak ada ganti anaknya. Lima tahun lebih. Sehari-hari jualan kue karena pandemi tidak terlalu laku kuenya," katanya.
Penjual bendera di Jalan Juminahan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Hal tak jauh berbeda dirasakan Samsul. Sudah sejak pagi hingga matahari sedang terik-teriknya dia menunggu pembeli. Namun sayang, belum ada pula yang mampir melarisi dagangannya.
"Menurun jauh. Ini dari pagi belum ada yang jual," kata Samsul.
Padahal, Samsul berharap bisa mendapatkan untung dari jualan bendera. Selama PPKM ini dia terpaksa berhenti dari pekerjaan sebagai tukang parkir setelah toko buku yang dia jaga tutup sementara.
"Saya tukang parkir biasanya. Tapi ini PPKM toko bukunya tutup. Mau bagaimana lagi," katanya.
Penjual bendera di Jalan Juminahan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Bendera yang dia jual juga merupakan stok lama. Dia takut harus kulakan dalam kondisi lesu seperti ini. Dia hanya berharap stok lama ini agar bisa terjual.
ADVERTISEMENT
"Acara kurang tidak ada panggung. Biasanya mereka panitia yang banyak beli. Kalau rumahan jarang, kalau belum rusak belum beli lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji meminta kegiatan masyarakat saat 17 Agustus tidak diperkenankan tatap muka.
"Kita minta seluruh acara diselenggarakan secara virtual. Boleh tirakatan visual kalau lomba yang sifatnya tatap muka berkerumun itu jangan dilaksanakan," ujarnya, kemarin.
"Kalau mereka (masyarakat) menganggap ini yang terlibat lomba sedikit orang, tapi penontonnya (bisa menimbulkan kerumunan). Jangan ada aktivitas tatap muka seperti itu," katanya.
Aji juga menegaskan bahwa aktivitas 17 Agustus di Pemda DIY juga berlangsung virtual. Termasuk pula upacara 17 Agustus yang selenggarakan secara virtual.
"Pusat dan daerah semua aktivitas dengan virtual. Jadi Pak Presiden ya menyelenggarakan upacara. Pak presiden dari Jakarta lalu ada di tempat lain ikut upacara, kalu kami di DIY mengikuti nanti di Praci (Pracimasono) dengan terbatas," ujar dia.
ADVERTISEMENT