NasDem Minta Stigma Polarisasi Terhadap Anies Dihentikan

23 Juni 2022 20:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan nama jalan dengan nama-nama tokoh Betawi dan tokoh Jakarta di Gedung Serbaguna Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan nama jalan dengan nama-nama tokoh Betawi dan tokoh Jakarta di Gedung Serbaguna Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua DPP NasDem Willy Aditya meminta masyarakat tak mengaitkan Anies Baswedan dengan polarisasi.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Willy saat menjawab kekhawatiran akan ada polarisasi bila NasDem mengusung Anies menjadi capres di 2024.
"Jadi teman-teman jangan prejudice. Jangan beri stigma. Ini yang harus kita hindari. Pak Surya beri pesan dua hal. Kalau kita patriot sejati, kita harus jadi orang yang kosmopolitan dan open mind. Jangan kita klaim kita nasionalis demokratis tapi jadi intoleran. Jangan. NasDem pegang teguh itu," kata Willy di NasDem Tower, Kamis (23/6).
Willy mengajak semua pihak untuk berhenti bicara soal polarisasi. Ia juga meminta masyarakat tak lagi memakai istilah-istilah 'cebong' dan 'kadrun'.
"Kami ingin jadi patriot sejati dengan tidak perlu [bilang] gue paling nasionalis, gue paling toleran, tidak. Mereka juga tidak kalah toleran, tidak kalah cinta pada Indonesia. Mari berhenti bicara polarisasi," ujar Willy.
ADVERTISEMENT
"NasDem enggak sepakat kita saling labelilisasi. Ini lebih kadrun, cebong. Pak Surya dalam pidatonya dalam pembukaan dan penutupan Rakernas eksplisit ingatkan kita," tambahnya.
Ketua DPP NasDem Willy Aditya. Foto: Dok. Willy Aditya
Willy menerangkan, NasDem tak hanya mengutamakan sosok capres dalam pemenangan di Pemilu 2024. Sebab NasDem ingin meraih kemenangan dengan membangun koalisi parpol yang kuat berdasarkan visi misi.
Visi misi tersebut berkaitan dengan pembangunan program, sosok pemimpin hingga anggaran untuk menyelesaikan permasalahan nyata di Indonesia.
"Pak Jokowi political willnya kuat tapi ketika ubah nomenklatur terjebak oleh birokrasi lah, ini lah itu lah ini kendala utama. Jadi platform perjuangan itu harus excutable, tidak hanya narasi. Hubungan sektoril lapangan kerja, krisis global. Milenial kalau kita lihat statistik concern pada green dan energi," kata Willy.
ADVERTISEMENT
"Maka koalisi kita dorong enggak bicara pada ranah figur semata tapi platformnya harus jejek. Narasi besar. Ini jadi konten dalam nanti debat capres. Kita ingin debat capres tidak lagi gimmick, lucu-lucuan, tidak. Tapi peningkatan sektor riil lapangan kerja buat pertumbuhan berapa sih digitnya, formula apa, aktor siapa. Ini concern Surya Paloh, politik gagasan," tandasnya.