Mereka yang Berebut Kursi Perdana Menteri Australia

11 April 2022 15:38 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemilu di Australia tahun 2019. Foto: AFP/Peter Parks
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemilu di Australia tahun 2019. Foto: AFP/Peter Parks
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemilihan umum Australia, yang akan diadakan pada 21 Mei 2022 mendatang, akan menjadi ajang pertaruhan untuk 151 kursi majelis rendah. Sementara Perdana Menteri Scott Morrison berjuang untuk mempertahankan singgasananya.
ADVERTISEMENT
Selain Morrison ada pula beberapa calon PM yang mencoba merebut tampuk kekuasaan. Mereka tentunya akan meyakinkan belasan juta pemegang hak suara di Australia.
Pada Senin (11/4/2022), dua surat kabar dari Australia, The Australian dan Sydney Morning Herald, memprediksi Morrison akan kalah.
Suarantya terancam diambil oleh pemimpin oposisi dari Partai Buruh,Anthony Albanese.
Walaupun terdapat sejumlah kandidat perdana menteri yang akan mengikuti pemilu ini, tiga di antara mereka menonjol dengan dominan. Selain Morrison dan Albanese, ada pun Adam Bandt dari Partai Hijau Australia yang akan mencoba peluangnya.
Berikut adalah rangkuman profil tiga kandidat utama untuk Pemilu Australia 2022.

Scott Morrison, Partai Liberal

Pada tahun 2018, Morrison memenangkan pemilu Australia dan menjadi perdana menteri ke-30 Negeri Kanguru. Tahun ini, ia harus berjuang untuk mempertahankan posisinya. Walaupun datang dari Partai Liberal, ideologi politik Morrison terkenal 'konservatif' dan tradisional.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Foto: AFP/Gary Ramage
Pejabat yang sering dipanggil 'ScoMo' ini merupakan salah satu representasi konservatif agama paling terkemuka di Australia, demikian dilansir BBC. Disaat yang sama, guna tetap menarik perhatian masyarakat liberal, Morrison kerap mendukung ide-ide konservatif ini secara diam-diam.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Morrison pernah menentang RUU pernikahan sesama jenis, namun tidak menonjolkan diri selama debat berlangsung. Akhirnya, ia memilih abstain terkait isu tersebut. Ini memberikan sinyal bahwa Morrison merupakan politikus yang pragmatis, dengan prinsip-prinsip pribadi yang kerap bertabrakan dengan ideologi politik partainya.
Morrison pun pernah mendukung secara terbuka kebijakan kontroversial 'Stop the Boats', yakni usaha guna menghentikan pencari suaka untuk mencari perlindungan di Australia.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison bersama istrinya Jenny memberikan suara mereka pada hari pemilihan, di Lilli Pilli Public School, Sydney. Foto: AAP Image/Mick Tsikas via REUTERS
Tahun ini, ScoMo sekali lagi menuai kontroversi ketika mengatakan ia akan mendukung RUU yang melarang atlet transgender untuk berkompetisi. Bahkan, ia sampai mempekerjakan juru kampanye khusus untuk 'seks biologis', bernama Katherine Deves. Keputusan ini dipandang para kritisi Morrison sebagai cara 'murahan' untuk mendapatkan suara di menit terakhir.
ADVERTISEMENT
Morrison pun kerap dituduh oposisinya sebagai seorang "bully".
Surat kabar Sydney Morning Herald mengabarkan survei mereka menunjukkan Morrison akan kehilangan sedikitnya 14 kursi di majelis rendah, yang jika benar, akan mendepak Partai Liberal dari posisi suara mayoritas.

Anthony Albanese, Partai Buruh

Anthony Albanese merupakan Pemimpin Oposisi dan pemimpin Partai Buruh Australia sejak 2019. Ia juga merupakan anggota parlemen untuk divisi Grayndler sejak 1996.
Pemimpin partai Buruh Australia Anthony Albanese. Foto: Saeed KHAN / AFP
Albanese tak sungkan-sungkan untuk menjelaskan ia tak puas dengan kinerja Morrison. Pada situs resminya, ia menuturkan pendapatnya tentang PM 'ScoMo'.
"Setelah hampir satu dekade menjabat, Scott Morrison masih menolak untuk bertanggung jawab, hilang dalam tindakan, kerap menyalahkan orang lain, dan tidak bisa mengakui kesalahannya," tulisnya.
ADVERTISEMENT
"Dari kebakaran hutan hingga cerobohnya peluncuran vaksin yang menyebabkan kekurangan tes rapid COVID-19, Morrison telah menghambat kemajuan Australia."
"Orang-orang Australia layak untuk mendapatkan yang jauh lebih baik dibanding ini," lanjut dia.
Untuk kampanyenya, Albanese memiliki sedikitnya 24 agenda untuk mengubah Australia. Di antaranya terdapat upaya untuk mengurangi emisi karbon, menjaga lingkungan, membuat perawatan medis lebih terjangkau, dan mendukung bisnis-bisnis kecil.
Orang-orang mengantre di klinik pengujian COVID-19 saat varian Omicron terus menyebar di Sydney, Australia, (30/12/2021). Foto: Nikki Short/REUTERS
Namun, baru-baru ini, Albanese menerima banyak ejekan dan kritik atas kesalahan yang dibuatnya saat kampanye. Pasalnya, ia dengan jelas mengutip statistik yang melenceng dari yang sebenar.
Pada sebuah konferensi pers di Tasmania, Albanese terlihat kebingungan dengan jumlah pengangguran di Australia. Saat ini, tingkat pengangguran di Australia adalah 4 persen, yang diprediksi akan menurun ke 3 persen dalam waktu dekat berkat perbaikan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan.
ADVERTISEMENT
"Tingkat pengangguran nasional saat ini, saya pikir.. 5,4 persen. Maaf, saya tidak yakin angka sebenarnya," ucap dia.
The Sydney Morning Herald, salah satu surat kabar besar di Australia, sampai membuat sebuah kuis online berjudul 'Are You Smarter Than A Politician?' yang berisi beberapa pertanyaan mendasar tentang statistik di Australia.

Adam Bandt, Partai Hijau

Bandt adalah mantan pengacara industri yang kini menjabat sebagai pemimpin Partai Hijau Australia. Ia juga adalah anggota parlemen federal untuk Melbourne. Sama seperti Albanese, Bandt juga tak sungkan-sungkan untuk mengkritik Morrison. Sebagai anggota Partai Hijau, fokus Bandt menekankan pentingnya kebijaksanaan ekologis.
Adam Bandt. Foto: Tracey Nearmy / POOL / AFP
"Orang-orang sudah muak dengan pemerintahan Morrison yang memicu krisis iklim, membuat perumahan lebih mahal, dan menurunkan pendapatan," ucap Bandt, dikutip Financial Review.
ADVERTISEMENT
"Dengan memilih Partai Hijau pada 21 Mei, masyarakat dapat mengusir Partai Liberal dan menempatkan Partai Hijau dalam keseimbangan kekuasaan."
Adam Bandt telah beberapa kali mengisyaratkan bahwa ia ingin bekerja sama dengan Partai Buruh dalam keseimbangan kekuasaan untuk mengatur kebijakan. Walaupun Partai Hijau merupakan partai dengan pendukung ketiga terbanyak, mereka masih kalah dengan Partai Buruh dan akan lebih berpengaruh kalau bisa bersekutu dengan Albanese.
"Dalam keseimbangan kekuasaan, Partai Hijau akan mengambil tindakan iklim dengan menghentikan pertambangan batu bara dan gas baru, serta memasukkan kesehatan dan mental ke Medicare, dan juga memperbaiki krisis keterjangkauan perumahan," ucap Bandt.
Seorang petugas pemadam kebakaran menangani kebakaran di dekat Wooroloo, timur laut Perth, Australia, Selasa (2/2). Foto: Evan Collis/DFES via AP
Rumitnya, Partai Buruh ternyata enggan untuk bekerja sama dalam keseimbangan kekuasaan dengan Partai Hijau.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu, salah satu rencana terbesar Bandt adalah untuk melakukan tindakan keras pajak multinasional yang akan menargetkan perusahaan-perusahaan raksasa dengan transparan. Perusahaan seperti Exxon Mobil, Apple, dan empat perusahaan besar konsultan PwC diharapkan akan membayar pajak lebih di bawah pemerintahan Hijau-Buruh.
"Pejabat Hijau akan mendanai rencana kami dengan membuat miliarder dan perusahaan besar membayar pajak yang adil," ujar Bandt. "Meningkatnya biaya hidup membuat krisis ketimpangan semakin parah."
"Dengan partai Liberal dan Buruh yang mendukung lebih banyak produksi batu bara dan gas, satu-satunya cara kira akan mendapatkan tindakan iklim adalah dengan menendang Liberal dan menempatkan Partai Hijau dalam keseimbangan kekuatan untuk mendorong pemerintah berikutnya dalam pembekuan proyek batu bara dan gas baru," lanjut dia.
ADVERTISEMENT