Merapi 5 Kali Erupsi Sejak 27 Maret, BPBD Sleman Diminta Siapkan Masker

29 Maret 2020 9:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan melihat letusan Gunung Merapi dari Bulit Klangon, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (3/3). Foto: ANTARA FOTO/Rizky Tulus
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan melihat letusan Gunung Merapi dari Bulit Klangon, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (3/3). Foto: ANTARA FOTO/Rizky Tulus
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gunung Merapi tercatat sudah lima kali erupsi. Terakhir, gunung yang berada di antara provinsi Jawa Tengah dan DIY itu erupsi pada Minggu (29/3) dini hari. Tinggi kolom pada erupsi dini hari tadi mencapai 1.500 meter.
ADVERTISEMENT
"Erupsi Gunung Merapi terjadi tanggal 29 Maret 2020 pukul 00.15 WIB. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo 40 mm dan durasi 150 detik. Teramati tinggi kolom erupsi 1.500 m. Arah angin saat erupsi ke Barat," jelas Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta dalam keterangannya.
Meski mayoritas hujan abu turun di wilayah Jawa Tengah bukan DIY lantaran mengikuti arah angin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY tetap meminta BPBD Sleman untuk menyiapkan masker. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi jika erupsi terjadi lagi dan hujan abu mengarah ke Sleman.
"BPBD Sleman perlu antisipasi kesiapan masker. Semoga kalau erupsi masih dengan karakter seperti yang terjadi akhir-akhir ini (didominasi gas). Tetap mandali (aman terkendali)," kata Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, Minggu (29/3).
ADVERTISEMENT
Biwara juga menjelaskan status Merapi tetap Waspada atau level II sejak 21 Mei 2018. Masyarakat pun diimbau agar tetap tenang dan meminta tidak ada aktivitas masyarakat di radius 3 Km dari puncak Gunung Merapi.
"Sejak erupsi 27 Maret 2020 jam 10.56 WIB sudah 5 kali erupsi, terakhir 29 Maret jam 00.15. Tinggi kolom mulai 1.000 m sampai dengan 5.000 m. Status tetap Waspada, masyarakat dimohon tetap tenang," kata Biwara.
Asap solfatara keluar dari puncak Gunung Merapi usai erupsi terlihat dari Candi Pralosan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (28/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Sebelumnya, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida menjelaskan erupsi seperti ini masih mungkin terjadi.
Erupsi ini sebagai tanda bahwa suplai magma dari dapur magma masih berlangsung. Berdasarkan data BPPTKG, volume kubah saat ini 291.000 m3. Jika terjadi erupsi lontaran material ini masih kurang dari 3 Km jauhnya.
ADVERTISEMENT
"Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi sebagai indikasi bahwa suplai magma dari dapur magma masih berlangsung," katanya.
Hanik juga menjelaskan alasan kenapa tidak ada peningkatan status Merapi. Menurutnya potensi bahaya Merapi masih di radius 3 Km yang mana di kawasan tersebut tidak ada permukiman penduduk.
"Belum ada (kenaikan status). Jadi untuk status kami informasikan kembali untuk saat ini (kriteria) normal, waspada, siaga dan awas itu berdasarkan adanya ancaman bahaya terhadap penduduk," kata Hanik.
"Sampai saat ini ancaman itu masih ada di radius 3 Km sementara penduduk tidak ada yang (bermukim) lebih pendek atau kurang dari 3 Km. Artinya status belum kami naikkan," ujar Hanik.