Rocky Gerung di kumparan

Menyelami Isi Kepala Rocky Gerung, Kitab Suci Fiksi hingga Pernikahan

6 Februari 2019 10:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Rocky Gerung jengkel karena harus menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya. Pemeriksaannya itu merupakan buntut atas ucapan kontroversialnya soal ‘kitab suci adalah fiksi’. Perasaan jengkelnya itu dia utarakan saat bertandang ke kantor kumparan, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (2/2) sore.
ADVERTISEMENT
Memang, kumparan mengundang Rocky untuk bercerita mengenai kasus dugaan penistaan agama yang tengah menimpanya. Namun tidak hanya itu, Rocky juga datang untuk bercerita mengenai perjalanan akademisnya, ambisinya mendirikan Kementerian Akal Sehat, hingga tentang konsep pernikahan.
Dua hari sebelum itu, Kamis 31 Januari 2018, kumparan telah membedah 2.664 cuitan Rocky sepanjang tahun 2018. Dari ribuan cuitan itu, kata ‘dungu’ ditulis paling banyak yakni 252 kali. Oleh sebab itu, kedatangannya ke kumparan sekaligus untuk menjawab pertanyaan kami atas cuitan-cuitan tersebut.
Berikut potongan perbincangan kumparan dengan Rocky Gerung: Sesuai hasil scraping yang kami lakukan, bapak paling sering nge-twit jam 10.00 pagi, ada alasan khusus? Itu jam yang paling enak saya di toilet. Jadi saya nge-twit dari toilet atau saya lagi di jalan tracking. Kalau kamu riset lagi hari libur, ya pasti dari pinggir hutan atau di lembah dan di pinggir-pinggir gunung. Mengapa cuitan Pak Rocky formatnya sarkastik? Sarkastik itu fungsinya cuma satu, yaitu menghalau kalimat dungu. Jadi saya pakai sarkas atau sebetulnya satire. Jadi ya tadi, fungsinya menyerang dengan cara bertahan. Kan saya mengomentari ya. Kadangkala, saya sudah capek atau malas saya kasih satu frasa sarkas, tapi bukan dalam rangka menghina. Tapi, mengirimkan pesan bahwa anda tuh kurang dalam di dalam membaca, tahu mem-bully saya juga. Kadangkala orang mem-bully juga dengan cara yang bodoh kan. Itu jadi reaksi terhadap kedunguan mem-bully.
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Terkait pemeriksaan di Polda Metro, apakah seorang Rocky melihat ada dimensi politik? Saya enggak tahu mau politis, mau romantis, enggak penting bagi saya. Yang penting kalau dia mau tuntut atau dia mau melaporkan ya laporkan hal yang masuk akal. Misalnya, dia melaporkan saya mengucapkan “kitab suci adalah fiksi”. Saya enggak mengucapkan itu. Gini gampangnya, frasa “kitab suci adalah fiksi” terletak di dalam keutuhan kalimat yang bunyinya ‘bila fiksi itu mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci fiksi’. Terus saya terangkan fiksi itu berbeda dengan fiktif. Fiksi itu bagus, positif, fiktif itu nuansanya negatif karena dianggap mengada-ada. Nah, si pelapor itu enggak bisa bedain mana fiksi dan fiktif. Jadi, gimana saya tanggapin balik orang yang enggak ngerti tuh. Saya cuma menanggapi orang, bukan orang-orangan, gitu loh. Sempat ramai soal pengakuan Pak Rocky, mengajar di UI selama 15 tahun tak dibayar. Mengapa bisa bertahan? Memang begitu. Ya saya dalam perjanjian, saya bilang oke. Saya mengajar, tapi saya enggak mau dibayar. Uangnya pakailah buat departemen atau mahasiswa. Karena saya memang tidak butuh dibayar. Loh UI minta saya mengajar, bukan saya mendaftar. Bahkan saya mengajar 15 tahun, membuka mata kuliah 10-15 mata kuliah baru dari S1-S3. Tapi kalau dibayar saya akan deal, mau bayar berapa? gitu kan. Ya pasti UI enggak bisa bayar. Itu punya negeri kok. Jadi saya enggap ya saya ngajar aja. Menyumbangkan kontroversi, menyumbangkan logic, menyumbangkan cara berpikir pedagogis di kampus. Ya itu dasarnya. Terus orang tanya, duit lo dari mana? ya bisa aja dari main judi juga bisa dapat duit.
ADVERTISEMENT
Kalau tidak miskin uangnya Pak Rocky dari mana? Miskin itu kan kalau kebutuhan kamu minimal ya. Saya enggak ada kebutuhan beli tanah atau menanam kelapa sawit. Kan enggak ada kebutuhan itu. Saya kasih seminar di luar, ngasih konsultasi bisnis politik pada beberapa perusahaan saja udah cukup. Di luar itu tidak ada usaha apa gitu? Main saham tapi kalah melulu Sebetulnya posisi intelektual bapak ada di mana? Karena pernah ada yang nyebut Rocky Gerung Filsuf liberal indonesia. Kiri atau kanan? Kalau disebut kiri kanan agak susah. Karena di Indonesia kalau dibilang liberal artinya kanan, kalau di Amerika liberal artinya kiri. I am liberal, artinya saya pro Partai Demokrat. Yang ideologinya adalah social safety net, economi justice, beda dengan partai republiknya Trump yang sekarang konservatif. Jadi di Amerika, kiri artinya liberal, karena dimensi sosialnya kuat. Misalnya Obama Care itu kiri banget, dekat dengan sosialis. Di Eropa justru terbalik, liberal itu artinya kanan. Karena yang kiri partai buruh. Itu cara berpikirnya. Di sini ngaco karena dungu, enggak ngerti aspek asal-usul dari kata itu. Jadi kalau ditanya apa posisi ideologinya, saya bilang critical point of view aja terhadap semua soal itu.
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Bapak dulu tidak mengambil ijazah saat lulus kuliah, apa yang menyebabkan bisa berpikir untuk itu? Saya enggak peduli dengan institusi itu. Mau diapain tuh ijazah. Mau dipajang-pajang jadi sertifikat? ditaro di depan pintu untuk ngusir maling kan enggak. Jadi enggak ada gunanya, buat apa?. Saya pernah katakan bahwa ijazah itu tanda seseorang pernah bersekolah atau bahkan pernah ke sekolah, tapi bukan berarti tanda dia pernah berpikir. Itu dua hal yang berbeda. Bapak pernah bilang kalau nikah itu indah sebagai fiksi, tapi mengerikan sebagai fakta. Maksudnya apa? Pernikahan itu kan gini, nanti orang protes, ‘lo ga pernah nikah tapi ngomong’. Tapi pernikahan itu kan satu bayangan yang paling komplet dari manusia. Karena dianggap harus ada semacam persatuan yang berbeda. Karena itu, pernikahan jadi semacam komposit yang paling lengkap dari manusia. Konsekuensinya, kalau dia lengkap, dia tak boleh cacat. Faktanya perceraian itu banyak sekali. Jadi saya bilang, indah sebagai molekul kimia perkawinan, tapi buruk sebagai fakta karena sering berantakan. Jadi daya kohesi di dalam pernikahan itu tidak cukup kuat untuk mempertahankan keindahannya. Sama seperti kristal yang kemudian hancur karena tekanan kecil. Perceraian di Indonesia bahkan di seluruh dunia itu tinggi sekali, jadi saya bilang pernikahan itu indah sebagai fiksi, tapi buruk sebagai fakta.
ADVERTISEMENT
Jawaban itu sebagai bentuk tanggung jawab moral atas keputusan bapak yang tidak menikah? Orang anggap si Rocky Gerung itu karena enggak menikah maka dia homo. Itu kan logika apa? Itu dua fakta yang berbeda itu. Jadi gue dianggap homo begitu. Saya enggak antihomo, tapi saya juga bukan homo. Yang saya persoalkan, orang ambil kesimpulan semua yang enggak menikah itu homo, kan ya dongo. Ngambil kesimpulan yang tolol. Ada peluang untuk menikah? Wah peluang saya kasih peluang 112 persen. Pasti karena ada yang gagal, jadi disubsidi lagi 12 persen. Dalam salah satu cuitan bapak, Gusdur pernah guyon bahwa bapak itu tidak serius dalam beragama? Justru karena yang bertanya Gus Dur saya enggak serius. Kalau orang lain yang bertanya mungkin dia salah tafsir, tapi karena kita tahu bahwa diskursus di antara teman-teman Fordem (Forum Demokrasi) yang enggak merasa beban soal agama dan keyakinan orang, suka-suka segala macam. Ya saya enteng aja menyebutkan itu. Bahkan Gus Dur yang mempromosikan perubahan dalam cara pandang melihat agama dengan memasukan agama lain yang sebelumnya cuma lima, Konghucu.
ADVERTISEMENT
Bahkan Gus Dur memberikan interpretasi dan ada di undang-undang atau peraturan itu bahwa disebutlah apa sampai Konghucu. Kemudian dikasih koma, tapi tidak berarti melarang agama-agama lain. Zoroaster bahkan disebut, Shinto, Taoisme, jadi salah satu interpretasi. Sekarang kalau cuma ada lima atau enam agama, sebetulnya semua diiyakan. Secara lebih disebutkan Taoisme, Shinto, jadi di dalam hukum itu tidak limitatif, bahkan bisa banyak. Karena bisa ada 4.000 agama di Indonesia dan habis kita wawancara begini ada 4.001, 4.002 agama muncul. Kan itu soal keyakinan orang. Tidak bisa diformalkan dalam undang-undang. Soal unggahan foto saat berada di pesantren di Twitter? Saya enggak mengunggah, saya me-retweet orang. Di Bengkalan kan terakhir. Itu pesantren tertua, tahun 1.700 memperingati meninggalnya beberapa kiai 135 tahun yang lalu. Lalu saya memberi ceramah sebetulnya, tentang fungsi edukatif pesantren, tentang aktivitas menjaga akal sehat melalui pesantren. Pesantren saya anggap adalah kampus. Lalu orang bilang memberi kuliah atau memberi tausiyah di masjid, itu bukan masjid. Itu rumah kiai bahkan yang punya dan saya diundang. Kan enggak mungkin saya datang sendirian, saya mau ngomomg, tradisi kan diundang ya saya datang.
ADVERTISEMENT
Bagaimana soal tuduhan Rocky yang hijrah dan dekat dengan agenda Islam kanan? Apa itu Islam kanan? 212? gini ya, 212 itu saya enggak pro. 212 itu udah terlalu besar. Enggak perlu saya bela 212 itu. Yang saya bela adalah hak saya untuk memperoleh informasi mengenai 212. Kan 212 itu di Monas peristiwa besar, saya cuma lihat di berita internasional. Saya bilang, kenapa negara menutup informasi tentang 212. Jadi saya membela hak saya untuk memperoleh info mengenai 212. Kan itu masalahnya. Jadi orang pendek akalnya, tapi sumbuhnya juga pendek, sumbu pendek mudah meledak. Bahwa saya jadi kanan enggak. Saya membela 212 untuk mengucapkan pendapat. Artinya bukan cuma 212, tapi siapa pun tidak boleh dihalangi mengucapkan pendapat. Kalau dihalangi, pers harus memuat . Karena itu diucapkan di ruang publik dalam keadaan yang betul-betul besar efeknya. Kenapa ditutup? Kan itu soalnya. Jadi bukan 212-nya yang saya bela, tetapi hak warga negara untuk mengucaipkan pendapatnya.
Aksi Reuni 212 pada 2 Desember 2017 di Monas Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Apakah ada kepentingan di balik kritik yang sering dilontarkan ke pemerintah? Iya saya punya kepentingan sendiri pada pemerintah. Nah, sialnya orang anggap kalau saya yang mengkritik pemerintah saya pro Prabowo, misalnya oposisi. Itu dua hal yang terpisah. Prabowo ya kritik aja. Jadi berarti kalau anda kritik pemerintah anda oposisi dong? Di mana logikanya? Bahkan saya lebih dahulu oposisi daripada Prabowo misalnya. Sejak zaman Hatta saya sudah oposisi. Tapi itulah kepicikan itu menyebabkan anda 02 karena mengkritik 01. Coba kita uji, misalnya saya berorasi di 01. Apakah saya akan kritik ke 02? Artinya saya enggak konsisten dong. Kalau saya diundang di 01 saya mesti kritik ke 01 juga karena dia yang punya kuasa, itu baru konsisten. Kan jadi palsu kalau saya mengkritik kekuasaan dari posisi 02 karena diundang 02. Lalu kalau saya diundang 01 saya kasih kritik pada 02, itu artinya saya enggak punya pikiran dong. Jadi kalau diundang oleh kubunya Pak Jokowi oleh timsesnya, pasti saya juga akan kritik Jokowi, tapi Jokowi sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala keluarga. Jadi tubuh politik presiden yang saya kritik. Dalam tubuh politik ada penampilan publik. Karena itu di belakanya ada akibat pada public policy. Maka saya kritik juga public policynya. Jadi semua urusan publik enggak ada urusan privat.
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Kubu 02 menikmati apa yang bapak lakukkan? Misal mereka tepuk tangan? Ya itu urusan dia. Dia tepuk tangan, ya silakan aja. Saya kan enggak ngelarang dia tepuk tangan. Pernah ditawarin jadi timses? Semua partai menawari saya jadi caleg. Jadi kalau gue nyaleg dari dapil mana pun pasti kepilih, tapi saya bilang terima kasih. Saya tidak di situ atau bukan di situ fungsi saya. Jadi ngapain orang protes ke saya. Kemarin saya ke forum PKS memberi ceramah pada semua caleg di seluruh Inodnesia. Karena diundang ya saya ceramah. Diundang di mana pun ya saya cermah sebagai kritisi, bukan sebagai timses. Kalau ditawari menjadi jubir atau menteri? Jubir itu kan pekerjaan administratif. Menteri itu juga pekerjaan teknis aja yang bisa dilakukan oleh siapa pun. Kecuali saya ditawarkan sungguh-sungguh maka saya bilang saya enggak mau jadi menteri, tapi saya ingin punya hak untuk mendirikan kementerian baru. Kementerian apa? Namanya Kementerian Akal Sehat. Ngurusin logika, ngurusin literasi yang mesti dikemas supaya energi bangsa ini tidak berantakan karena fanatisme. Itu mestinya disebut sebagai Kementerian Akal Sehat, dalam kurung antifanatisme. Kalau dibilang antikedunguan nanti marah lagi orang.
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Soal janji akan kritik Prabowo setelah 12 menit dilantik? Artinya secepat mungkin oposisi harus bekerja untuk kritik. 12 menit itu sebetulnya asal saya ucap waktu itu. Sekarang harus saya cari apa itu 12 menit. Asumsinya berlebihan misalnya. Jadi pada 12 menit itu pasti kritik mulai. Kan bilang kalau 12 menit itu belum ada yang dikerjain, pasti udah ada yang dikerjain. Di kepalanya sudah bekerja, di mana kita nilai itu ya di aceptenace speech-nya itu. Pidato penerimaan sebagai presiden baru. Mungkinkah kedunguan itu akan berakhir dalam waktu dekat? Seharusnya saya ingin setelah 17 April kedunguan itu tidak ada lagi. Karena itu saya bilang bahwa 17 April 2019 harus jadi hari proklamasi akal sehat. Kan mestinya begitu. Supaya 5 tahun ke depan avenue itu, jalan utama itu disiapkan untuk milenial ke 2024 dengan politik akal sehat. Maka itu saya blusukan ke mana-mana mengucapkan politik akal sehat. Buat apa? untuk mengingatkan bahwa politik itu hanya mungkin tumbuh dengan konstruksi argumentasi publik yang kuat. Bukan dengan pamer sentimen, bukan dengan pencitraan segala macam. Jadi itu maksudnya. Lalu blusukan itu mempromosikan 02? Enggak. Lah 02 itu 2019 sudah. Ke depan itu akal sehat harus jadi investasi utama. Harus jadi infrastruktur politik bangsa, yaitu akal sehat. Jalan pikiran, bukan jalan tol. Gampangnya begitu.
Rocky Gerung saat diwawancara di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Bagaimana dengan gagasan golput di Pilpres 2019? Saya jengkel karena golput itu akhirnya sekarang jadi semacam jalan keluar dari kebuntuan politik yang terhalang oleh aturan 20 persen treshold. Oleh karena itu, saya ikut memperjuangkan itu ke MK supaya ada jalan ketiga. Supaya ada kandidat ketiga selain konfrontasi polaristik semacam ini. Jadi golput dapat saya pahami karena mereka jengkel, karena Mahkamah Konstitusi tidak membuka mereka jalan. Itu mungkin gejala yang rasional dalam politik. Yang tertutup pasti orang cari outlet lain gitu, golput. Soal siapa yang memenangkan golput silakan analisis. Ada yang menganggap golput itu justru membahayakan petahana. Karena biasanya, orang yang tadinya ragu-ragu menunggu, sekarang merasa tak perlu ke petahana. Atau mungkin ke 02 itu que sera-sera, the future not ours to see.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten