Mensos Boyong 7 Yatim dan Yatim Piatu Kurang Mampu Asal Sinjai ke Makassar

2 April 2024 21:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (25/11). Foto: Faisal Rahman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (25/11). Foto: Faisal Rahman/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mensos Tri Rismaharini terbang ke Kota Makassar dan harus menempuh perjalanan 200 kilometer untuk tiba ke Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Senin (1/4). Di sana, Risma langsung menyambangi sebuah rumah berdinding kayu dan beratap seng yang dihuni lima bersaudara yatim bersama nenek mereka yang sakit-sakitan.
ADVERTISEMENT
Anak tertua di keluarga itu, Nadia (20), merantau di Makassar sebagai penjaga toko. Sedangkan ibu mereka kini bekerja di Kalimantan dan telah memiliki keluarga baru.
"Kamu mau ikut saya ke Makassar, ya? Kakak [Nadia] kerja di tempat saya. Nanti adik-adik pindah sekolah, ya? Di sana banyak teman, bisa belajar apa saja," ajak Risma saat melihat kondisi mereka.
Nadia dan ibu mereka memang kerap mengirimkan hasil kerjanya, namun terkadang uang itu masih kurang karena pekerjaan Nadia yang tak tentu. Awalnya Nadia dan adik-adiknya sempat ragu, namun Risma menyemangati mereka agar bisa sukses.
"Saat Ibu seusia kamu, Ibu tinggal di dengan banyak anak yatim. Kini mereka ada yang jadi dokter, jadi kepala dinas PU, kepala kantor agama. Jadi bisa. Tidak ada yang enggak bisa, dah ayo bisa ya, harus semangat," bujuk Risma.
ADVERTISEMENT
Tak cuma ke rumah Nadia dan keempat adiknya, Risma juga menemui Ardi (23) dan Rezky (13), kakak-beradik yang hidup sebatang kara di Desa Saotengah, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai. Keduanya hanya hidup berdua sejak ibu mereka meninggal 6 tahun lalu, sedangkan ayah mereka baru 4 bulan lalu meninggal dunia.
Begitu sampai di sana, Risma disambut rumah beralaskan tanah, serta berdinding dan beratap seng. Risma lalu membujuk agar Ardi mau bekerja di Balai Kemensos yang ada di Makassar dan akan ditanggung biaya hidupnya.
Risma berharap Ardi bisa bekerja di sana agar gaji yang diterimanya bisa dipergunakan untuk merenovasi rumah. Akan tetapi rupanya bujukan Risma itu tak langsung diterima Ardi.
Ardi yang selama ini bekerja sebagai buruh pengangkut gabah itu takut jika tinggal jauh dari adiknya. Mendengar hal itu, Risma meyakinkan jika tak hanya Ardi yang akan dibawa ke Makassar, tetapi juga adiknya yang belum pernah duduk di bangku sekolah formal.
ADVERTISEMENT
"Saya enggak bisa tidur kalau mereka masih tinggal di sini, kepikiran," tutur Risma.