Mengenal Brenton Tarrant, Penembak Jemaah Masjid di Christchurch

16 Maret 2019 10:59 WIB
Brenton Tarrant, yang didakwa melakukan pembunuhan terkait dengan serangan di masjid, dibawa ke ruang sidang di Pengadilan Christchurch, Selandia Baru. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Brenton Tarrant, yang didakwa melakukan pembunuhan terkait dengan serangan di masjid, dibawa ke ruang sidang di Pengadilan Christchurch, Selandia Baru. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Brenton Tarrant, penembak massal Masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru, dikenal sebagai sebagai instruktur senam yang menjalankan program atletik gratis untuk anak-anak di kota masa kecilnya di Grafton, New South Wales, Australia.
ADVERTISEMENT
Tarrant menggambarkan dirinya sebagai orang kulit putih biasa, lahir di Australia dari kelas pekerja, dan keluarga berpenghasilan rendah.
Pria berusia 28 tahun itu menghabiskan masa remajanya di di SMA Grafton. Dia jarang naik kelas, dan memilih untuk tidak masuk universitas karena dianggap tidak cukup menarik baginya.
Setelah lulus SMA, Tarrant memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai instruktur senam di Big River Squash and Fitness Center, tempat kebugaran langganannya di Grafton sejak remaja. Pemilik tempat kebugaran, Tracey Gray, mengatakan Tarrant mulai bekerja pada tahun 2009.
“Dia datang ke tempat fitness saya sebagai anak laki-laki yang telah menyelesaikan sekolah dan berdedikasi tinggi untuk melatih orang menjadi sehat, ia kemudian melakukan sertifikasi sendiri untuk pelatihan tersebut,” kata Gray, dikutip dari Sidney Morning Herald, Jumat (15/3).
Pelaku penembakan di Masjid di Christchurch, Selandia Baru Foto: Social Media Website/Handout via REUTERS TV
Gray mengenal Tarrant sebagai orang yang berdedikasi tinggi dan tidak pernah memilih-milih dalam melatih seseorang. Ia juga menengang Tarrant bukan sebagai pribadi yang rasis, apalagi ekstremis.
ADVERTISEMENT
“Dia bekerja di industri kebugaran yang membantu orang untuk sehat, Industri kebugaran sifatnya inklusif, bukan ekslusif, kita menerima segala bentuk dan ukuran, dia tidak pernah menunjukan kecenderungan ekstremis selama berbicara dengan saya,” ujar Gray.
Gray mengatakan Tarrant berhenti bekerja pada tahun 2011 usai mendapat warisan dari ayahnya meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan abses. Di tahun itu pula, Gray mengatakan Tarrant memutuskan untuk berkeliling dunia.
Menurut Gray, misi keliling dunia ini yang mulai merubah kepribadian Tarrant.
“Dia pergi dari sini untuk berpergian, dan sejauh yang saya tahu dia berpergian untuk melihat sebanyak mungkin dunia,” katanya.
Menurut Gray, Tarrant mulai menetap di Selandia Baru sebagai salah satu destinasi proyek keliling dunia yang ia lakukan.
Polisi sedang mengawal orang-orang ke luar masjid di Christchurch, Selandia Baru. Foto: AP Photo/Mark Baker
Sosok Tarrant langsung berubah, ketika Jumat (15/3) ia diduga melakukan serangan penembakan ke dua masjid di pusat Christchurch, dan menewaskan 41 orang di Masjid Al-Noor dan 7 orang di Masjid Linwood.
ADVERTISEMENT
Ia diyakini telah menyiarkan langsung pembantaian massal tersebut secara online.
Terdengar dalam video tersebut, Tarrant menyetel musik militer Inggris abad ke 17 sebelum melaksanakan serangannya. Aksi ini diduga telah direncakana dengan cermat.
Kini, kasus Tarrant telah memasuki meja hijau. Brenton Tarrant didakwa atas tuduhan pembunuhan. Tarrant muncul di hadapan majelis hakim pengadilan distrik Selandia Baru berbalut baju tahanan. Tarrant digiring ke kursi pesakitan oleh aparat dengan kepala tegak dan tangan diborgol.