Masih Banyak Mahasiswa UGM Kesulitan Bayar UKT, Harus Utang hingga Jual Barang

2 Mei 2024 11:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi demonstrasi di Balairung UGM, Kamis (2/5/2024) Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi demonstrasi di Balairung UGM, Kamis (2/5/2024) Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi demonstrasi di Balairung UGM, Kamis (2/5). Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini, para mahasiswa menyampaikan soal Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang kerap memberatkan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Koordinator Forum Advokasi UGM 2024 Rio Putra Dewanto dalam aksinya menyampaikan data survei pandangan mahasiswa soal UKT.
"Itu merupakan tonggak awal dari berlakunya penyempitan golongan (UKT) dari yang tadinya delapan golongan menjadi lima golongan," kata Rio.
Forum Advokasi UGM mensurvei 722 mahasiswa UGM angkatan 2023. Ditemukan 511 mahasiswa atau 70,7 persen merasa keberatan dengan jumlah UKT yang telah ditetapkan oleh UGM.
"Lebih lanjut lagi, sekitar 52,1 persen mahasiswa angkatan 2023 itu mengajukan peninjauan kembali. Tapi itu pun masih dirasa kurang," katanya.
Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi demonstrasi di Balairung UGM, Kamis (2/5/2024) Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Ada 397 mahasiswa dalam survei tersebut merasa kesulitan untuk membayar UKT 2023. Mereka pun mencari alternatif cara agar tetap bisa kuliah.
"Dari temuan kami sebanyak 93 mahasiswa itu mendaftarkan ke beasiswa. Lalu sebanyak 65 mahasiswa itu berutang atau pinjam terhadap keluarganya," katanya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, banyak mahasiswa yang harus menjual barang berharga maupun menggadaikannya.
"Lalu 34 mahasiswa menjual atau menggadaikan kekayaan atau barang berharga atau sejenisnya," bebernya.
Survei ini menjadi indikasi UKT di UGM belum optimal dalam penetapannya karena banyak mahasiswa yang merasa keberatan.
Dia mengatakan jalur-jalur untuk menurunkan UKT sudah tersedia. Tetapi untuk peninjauan kembali masih bermasalah karena adanya kesimpangsiuran informasi.
"Di tiap fakultas kadang punya aturan mainnya sendiri. Dia punya kebijakan-kebijakan masing-masing. Tidak ada satu keseragaman atau SOP terkait UKT ini," bebernya.
Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi demonstrasi di Balairung UGM, Kamis (2/5/2024) Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
UKT UGM
Golongan UKT di UGM ada lima. Pertama, golongan pendidikan unggul membayar 100 persen dari UKT, lalu golongan 75 persen subsidi, golongan 50 persen subsidi, golongan 25 persen subsidi, sama 100 persen subsidi.
ADVERTISEMENT
"UKT di UGM mengacu sistem indeks kemampuan ekonomi tapi dalam keberlangsungannya sendiri mahasiswa tidak tahu. Bahkan calon-calon mahasiswa yang nantinya menjadi mahasiswa baru juga tidak paham tiba-tiba langsung keluar di Simaster (nilai UKT-nya)," katanya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Arie Sujito, yang menemui mahasiswa mengatakan setiap kebijakan terbuka atas kritik.
"Kuncinya adalah pelibatan mahasiswa agar memastikan policy itu tepat sasaran," kata Arie Sujito.
Jika ada hal yang salah, kata Arie, harus dikoreksi berdasarkan data yang tepat. Tidak boleh ada mahasiswa yang kesulitan bayar terus tidak bisa kuliah.
"Misalnya ada contoh mahasiswa KIP atau UKT ini besarannya kok tidak sesuai, kalau ditemukan mahasiswa kaya merasa miskin (mendapat KIP) itu harus segera diproses dan harus segera diganti, harus ada tindakan, termasuk KIP," katanya.
ADVERTISEMENT