Mahasiswa Indonesia Pro-Palestina di Columbia: Kami Enggak Akan Mundur

26 April 2024 13:46 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situasi Demo Mahasiswa Pro-Palestina Columbia University, Jumat (26/4). Foto: Aistyara Charmita
zoom-in-whitePerbesar
Situasi Demo Mahasiswa Pro-Palestina Columbia University, Jumat (26/4). Foto: Aistyara Charmita
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah mahasiswa Indonesia turut terlibat dalam demonstrasi pro-Palestina di Columbia University, New York City. Demonstrasi ini merupakan bagian dari gerakan solidaritas terhadap situasi di Gaza.
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswa Indonesia program Master Public Administration Columbia University, Faiz Eckmal, bercerita mengenai partisipasi mahasiswa Indonesia dalam demo di kampus bergengsi yang masuk Ivy League ini.
Dalam wawancara bersama kumparan, mahasiswa Indonesia yang tinggal di sekitar kampus Columbia itu mengungkapkan bahwa mereka merasa terdampak oleh konflik di Gaza.
"Untuk animonya sendiri memang kita dari mahasiswa Indonesia ini kebetulan memang mayoritas muslim, yang berhijab juga banyak. Jadi memang sejak kejadian 7 Oktober itu sangat terdampak," ungkap Faiz lewat telepon video, Jumat (26/4).
Menurutnya, beberapa mahasiswa Indonesia mengalami doxing dan pelecehan verbal karena keyakinan agama dan pakaian yang mereka kenakan.
"Jadi itu juga membuat kita lebih sensitif dengan ini yang ada di Palestina. Kita juga lebih simpati. Dan adanya gerakan Gaza Solidarity Encampment ini juga kita justru makin melihat yang terjadi di sana. Karena dari pihak kampus sendiri sangat represif dengan demonstrasi ini, bikin beberapa mahasiswa Indonesia sangat simpati," tambahnya.
Situasi Demo Mahasiswa Pro-Palestina Columbia University, Jumat (26/4). Foto: Aistyara Charmita
Para mahasiswa Indonesia juga aktif dalam mendukung aksi Gaza Solidarity Encampment di kampus. Mereka memberikan dukungan moral hingga mengorganisir komunitas untuk menyumbangkan makanan dan barang kebutuhan lainnya.
ADVERTISEMENT
Faiz menaruh simpati atas keberanian rekan-rekannya. Mereka melihat langsung sikap pemerintah Amerika terhadap konflik ini dan bagaimana represifnya pihak kampus dan media terhadap mahasiswa-mahasiswa yang melakukan protes.
"Kita merasakan bagaimana kita diganggu, di-harras oleh beberapa pihak yang lain. Jadi ini ada semacam komunitas yang mau menyuarakan hal itu, dan juga mendukung hal-hal yang kita rasa value-nya juga sama, kenapa nggak kita dukung," ucapnya.
Situasi Demo Mahasiswa Pro-Palestina Columbia University, Jumat (26/4). Foto: Aistyara Charmita

Fokus Studi dan Komunikasi dengan KJRI

Meskipun terlibat dalam demonstrasi, mahasiswa Indonesia di Columbia tetap menjaga fokus pada studi dan berkomunikasi dengan KJRI New York terkait kondisi di sana.
"Dari KJRI sendiri kita sudah audiensi dan mereka juga sudah merespons dan cukup open juga dengan kejadian ini, tapi juga mengingatkan bahwa dengan status kami sebagai mahasiswa dan juga international student di sini tetap harus bertanggung jawab dengan studi kita," jelasnya.
ADVERTISEMENT

Pemicu dan Tujuan Demonstrasi

Faiz menggambarkan situasi demonstrasi di Columbia University saat ini sudah cukup kondusif.
Menurutnya, demonstrasi dipicu oleh sejumlah peristiwa, termasuk testimoni Rektor Columbia University, Presiden Minouche Shafik, di hadapan kongres pada Rabu (17/4). Saat bersamaan, Gaza Solidarity Encampment dimulai sebagai respons terhadap kekerasan dan penderitaan yang dialami oleh warga Palestina di Gaza.
Pada Kamis (18/4), administrasi kampus memberikan izin kepada New York Police Department (NYPD) untuk masuk ke kampus dan pembubaran demonstrasi. Sebanyak 108 mahasiswa yang terlibat dalam demonstrasi ditahan, namun dalam waktu 24 jam, mereka semua dilepaskan kembali dan melanjutkan kegiatan demonstrasi mereka.
"Dari pihak student protest ini, Gaza Solidarity Encampment, saya rasa enggak akan mundur sampai tuntutannya dipenuhi," jawab Faiz soal kemungkinan tindakan para pendemo.
ADVERTISEMENT
Demonstrasi ini bertujuan untuk menekankan beberapa tuntutan kepada Columbia University, termasuk divestasi dari Israel, memutuskan hubungan akademik dengan institusi di Israel, menolak kehadiran polisi di kampus, dan mencegah perampasan tanah dari komunitas sekitar. Para mahasiswa yang terlibat dalam demonstrasi Gaza Solidarity Encampment berkomitmen untuk terus beraksi sampai tuntutan mereka dipenuhi.
"Mungkin ada beberapa mahasiswa Indonesia yang ikut rutin hadir (demo). Tapi memang di dalam tendanya itu kita enggak merumuskan rencana aneh-aneh. Mereka nge-camp aja di kampus dan mereka tetap menjalankan keseharian di dalam halaman itu. Jadi di dalam nge-camp itu kalau ditanya ngapain, ya belajar sebenarnya paling banyak," ungkap Faiz.
Situasi Demo Mahasiswa Pro-Palestina Columbia University, Jumat (26/4). Foto: Aistyara Charmita

Pendemo Terus Bertambah

Sejak dimulainya demonstrasi tersebut, jumlah peserta terus bertambah dari hari ke hari. Simpati terhadap aksi solidaritas pro-Palestina ini juga meningkat di kalangan mahasiswa, baik lokal maupun internasional, termasuk mahasiswa Indonesia yang merasa terdampak secara pribadi oleh konflik di Gaza.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah kita punya komunitas yang cukup baik di Columbia, dari orang Indonesia yang ada di dalam Indonesia Diaspora Student for Palestina ini juga lumayan banyak, dan kita sangat look out for each other jadi kekhawatiran pasti ada tapi karena kita punya komunitas yang sangat baik," jawab Faiz saat ditanya perasaannya menghadapi situasi terkini di Columbia.
Saat ini, negosiasi antara pihak demonstran dan administrasi kampus masih berlangsung. Demonstrasi ini menjadi sorotan nasional di Amerika Serikat, dengan sejumlah kampus ternama lain di negara ini juga mengadopsi Gaza Solidarity Encampment sebagai bentuk dukungan terhadap perdamaian di Timur Tengah.
"Harapan tercepatnya adalah, ya cease fire now. Jadi, apa pun yang terjadi, kayak situasi di kampus ini kayak bagaimana, menurut saya sebenarnya harusnya bukan itu yang menjadi fokus. Yang harus menjadi fokus adalah di Gaza. Kalau misal di Gaza itu sudah berhenti, segala pembunuhan, segala genosida yang terjadi, saya rasa semua bentuk demonstrasi yang ada di kampus di Amerika ini juga akan berhenti," tegas Faiz.
ADVERTISEMENT