La Nina Diprediksi Berakhir Maret 2023, Mei Masuk Musim Kemarau

29 Desember 2022 18:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fenomena La Nina di Indonesia. Foto: BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena La Nina di Indonesia. Foto: BMKG
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena La Nina semakin melemah dan akan berakhir sekitar Maret 2023 nanti. La Nina disebut sebagai penyebab cuaca menjadi lebih dingin dan curah hujan lebih tinggi selama tiga tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
"Fenomena La Nina saat ini dalam level lemah. Dan masuk 2023 semakin lemah akhirnya netral di awal 2023. Dengan netralnya La Nina ini, berarti berakhir lah pengaruh La Nina selama 3 tahun, mulai 2020, 2021, 2022. Di awal 2020 [La Nina] justru yang mengakibatkan hujan lebat di Jabodetabek itu. Selain akibat seruakan udara dingin, juga diperparah dengan La Nina moderat saat itu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers, Kamis (29/12) sore.
Melemahnya La Nina, diprediksi akan menyebabkan cuaca di Indonesia menjadi lebih kering, curah hujan akan berkurang.
"Dengan melemahnya La Nina berarti curah hujan relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Jadi itu kelihatan setiap bulan curah hujan Januari 2023 dibandingkan curah hujan Januari 2022. Kesimpulannya curah hujan secara umum relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu," katanya.
ADVERTISEMENT
Indonesia diprediksi akan memasuki musim kemarau pada Mei 2023. Puncak kemarau akan terjadi pada Juni hingga September yang mengakibatkan cuaca lebih kering.
Karhutla Berpotensi Meningkat
Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) diprediksi bakal meningkat pada musim kemarau tahun depan.
"Jadi Mei ada zona cokelat artinya curah hujannya rendah, konotasinya kering. Jadi Juni Juli Agustus September, kita harus waspada terhadap karhutla. Karena curah hujan semakin turun. Itu memang musim kemarau," papar Dwikorita.
"Jadi potensinya untuk terjadinya karhutla meningkat dibandingkan 3 tahun terakhir. Jadi ada potensi lebih kering selama 3 tahun terakhir ini," ucapnya.
BMKG pun menyarankan untuk menghindari bencana karhutla tahun depan, agar dilakukan modifikasi cuaca sebelum masuk puncak kemarau.