Kunci Maksimalkan Format Konten di Instagram untuk Storytelling Brand

1 Maret 2024 16:33 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Global Partnership Manager META Indonesia, Rifky Septiaji, dalam talkshow kumparan Academy: Digital Marketing yang bertajuk 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Global Partnership Manager META Indonesia, Rifky Septiaji, dalam talkshow kumparan Academy: Digital Marketing yang bertajuk 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Image atau citra sebuah brand bisa dibangun melalui storytelling pada platform media sosial, seperti Instagram. Memaksimalkan format konten di Instagram pun bisa membantu menciptakan storytelling brand yang berkualitas.
Mengingat, secara global, ada lebih dari 200 juta akun bisnis yang dikunjungi orang-orang di Instagram setiap harinya. Sebanyak 90 persen orang paling tidak mengikuti 1 akun bisnis. Peluang ini yang sebaiknya dimanfaatkan brand.
Global Partnership Manager META Indonesia Rifky Septiaji pun menjelaskan sejumlah kunci yang dapat digunakan untuk memaksimalkan format konten. Apa saja?
"Instagram adalah multi-format, jadi teman-teman diusahakan ketika mau storyteling tahu mau format apa yang dipakai," jelas Rifky dalam talkshow kumparan Academy: Digital Marketing yang bertajuk 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' pada Jumat (1/3/2024) di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan.
Global Partnership Manager META Indonesia, Rifky Septiaji, dalam talkshow kumparan Academy: Digital Marketing yang bertajuk 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Format konten di instagram terdiri dari Feed, Stories, Reels, Live, hingga Channel, yang bisa dipakai brand untuk menjangkau lebih luas audiens untuk pemasaran melalui storytelling. Rifky menekankan format konten yang sebaiknya berkualitas.
"Instagram punya banyak format, soal storytelling di Instagram yang mau ditekankan harus autentik, harus jadi diri sendiri, konsisten, seberapa teman-teman konsisten sharing di Instagram, lalu engagement," kata Rifky.
Untuk Feed, Rifky mendorong pembuatan konten yang menjelaskan informasi yang sesuai dengan brand, melibatkan audiens, dan memaksimalkan fitur yang disediakan Instagram
"Gimana harus sesuai dengan brand-nya, mix foto dan video, gunakan fitur location, hastag, musik, vertical post. Sementara kalau buat carousel post, 2 foto pertama sangat penting karena ketika masuk explore akan dioptimalkan di foto 1 dan 2" terangnya.
Global Partnership Manager META Indonesia, Rifky Septiaji, dalam talkshow kumparan Academy: Digital Marketing yang bertajuk 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dalam memakai format Stories, brand juga bisa memaksimalkan dan memanfaatkan berbagai fitur yang ada seperti stiker, membalas dan berdiskusi dengan audiens melalui DM. Sementara saat live video, sebaiknya menyiapkan bahan informasi dan jadwal yang matang.
Lalu, saat membuat konten Reels, Rifky mendorong brand untuk berkolaborasi dengan kreator, komunitas, dan pihak-pihak yang dirasa dapat meningkatkan pemasaran. Yang tak kalah penting, kata dia, adalah memakai sumber visual yang jelas, autentik, hingga tidak bermasalah soal copyright.
"Perlu diingat 60 persen orang time spend di Instagram dengan Reels, 3,5 miliar Reels di-share lewat DM," paparnya.
Semua konten yang dibuat dari berbagai format, kata Rifky, bisa semakin menjangkau lebih banyak audiens, apabila menerapkan crosspost di berbagai platform media sosial META.
Ilustrasi akun Instagram. Foto: Shutterstock
Rifky juga meminta brand atau semua pihak yang membuat konten di Instagram untuk tidak melupakan community guidelines.
"Guideline mana yang boleh enggak boleh harus tahu. Instagram sendiri ingin semua stakeholder nyaman di platform. Meski sebenarnya campaign-nya new, tapi kalau melupakan guideline ini bisa risking," imbau dia.
Selain itu, brand bisa meningkatkan reach dan performance dengan meningkatkan engagement dengan audiens. "Jadi jangan pasif," terang Rifky.

Cara kumparan Buat Storytelling Konten yang Berkualitas

Global Partnership Manager META Indonesia, Rifky Septiaji, dalam kumparan Academy: Digital Marketing 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dalam kesempatan yang sama, VP of Content Strategy & Innovation kumparan Ikhwanul Habibi menjelaskan soal cara kumparan berinovasi di era digital saat ini dalam menyampaikan informasi dan cara storytelling kumparan kepada pembaca.
"Ketika media sosial mulai familiar, ternyata behavior masyarakat mulai berubah, dapat info pertama dari media sosial, baru untuk mendapatkan info lebih dalam ke web media. Nah, kami bertransformasi melalui Multi-channel Journalism," kata Habibi.
Lewat konsep Multi-channel Journalism, Habibi memastikan konten yang diproduksi kumparan di media sosial tetap mengedepankan cara kerja jurnalis yang membuat data dan menyampaikan informasi secara valid hingga verifikasi berjenjang.
VP of Content Strategy & Innovation kumparan, Ikhwanul Habibi, dalam talkshow kumparan Academy: Digital Marketing yang bertajuk 'Mastering the Art of Instagram Storytelling' di Connext Space, Cyber 2 Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Instagram, menjadi platform media sosial utama kumparan. Sebab, kata Habibi, banyak pembaca atau masyarakat yang bersinggungan dengan kumparan memakai Instagram. Habibi menjelaskan ada sejumlah strategi yang dilakukan kumparan dalam membuat konten berkualitas di Instagram.
"Nah, strategi kumparan di Instagram adalah beberapa hal. Pertama, unique point, wording kata-kata harus kuat. Dua,salah satu format yang sering dipakai video Reels. Ketiga, realistic visual, sebisa mungkin pakai visual realistis. Keempat, relatable content," papar dia.
"Kelima, follow the trend. Tapi untuk strategi ini gimana media agar tidak hanya ikut tren, padahal ada isu-isu lain yang enggak tren. Untuk itu kumparan follow the trend untuk format, bukan isu, tapi formatnya pakai tren di media sosial," imbuhnya.
Selain itu, Habibi menjelaskan ada beberapa indikator yang membuat sebuah konten layak atau tidak untuk ditayangkan.
"Ada 6 hal, kebaharuan, unique, melibatkan figur, konten penting enggak buat audiens, proximty, dan melibatkan emosi, menjadi pegangan tim konten kumparan di mana pun platform," pungkas Habibi.