KPAI Surati Wali Kota Tangsel Usut Kasus Kematian Anggota Paskibraka

6 Agustus 2019 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komisioner bidang pendidikan Retno Listyarti saat konferensi pers tentang KPAI di awal 2019 mencatat banyaknya kasus-kasus anak di bidang pendidikan, Jakarta, Jumat (15/2/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Komisioner bidang pendidikan Retno Listyarti saat konferensi pers tentang KPAI di awal 2019 mencatat banyaknya kasus-kasus anak di bidang pendidikan, Jakarta, Jumat (15/2/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti wafatnya Aurrellia Qurratu Aini, anggota Paskibraka Kota Tangerang Selatan yang diduga kelelahan saat menjalani latihan. KPAI mengungkap adanya dugaan kekerasan yang dialami Aurel dan kawan-kawan satu timnya.
ADVERTISEMENT
Setelah menerima keterangan ayah Aurel, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, menyimpulkan, ada kejanggalan dalam sistem pelatihan Paskibraka Tangerang Selatan. Misalnya, terdapat kegiatan ketahanan fisik berlari setiap hari dengan kewajiban membawa beban di punggung.
"Yakni berupa ransel yang berisi tiga kilogram pasir, tiga liter air mineral dan 600 liter air teh manis. Hal ini tak lazim, karena dalam proses penyiapan fisik, olahraga lari keliling lapangan adalah hal biasa. Tetapi, jika berlari dengan membawa beban di punggung seberat itu, tidak lazim dalam suatu pelatihan bagi Paskibra. Kebetulan, kedua orangtua AQA (Aurel) juga mantan pasukan Paskibra saat masih SMA," ujar Retno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/8).
Aurel masih dalam masa latihan sebelum pengibaran bendera merah putih untuk upacara HUT ke-74 RI pada 17 Agustus 2019 di Pemkot Tangsel. Siswi SMA Al-Azhar BSD, Tangerang Selatan, itu tiba-tiba saja jatuh di rumah, dan dinyatakan meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, KPAI meminta Pemerintah Kota Tangsel membentuk tim investigasi untuk mengusut latihan Paskibraka yang diduga tak sesuai prosedur. KPAI telah menyurati Wali Kota Tangsel untuk memfasilitasi rapat koordinasi kasus ini.
"KPAI mengajukan usulan rapat koordinasi tersebut pada Selasa, 13 Agustus 2019 di kantor Wali Kota Tangsel," tuturnya.
"[Untuk membahas] apakah [latihan tersebut] sesuai rundown acara, apakah SOP dipatuhi, apakah ada pengawasan pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab. Setelah kematian ananda AQA, apakah ada evaluasi kegiatan pelatihan Paskibra Kota Tangsel, dan lain sebagainya," lanjut dia.
KPAI juga mendesak Pemkot untuk mengevaluasi total pelatihan Paskibraka Tangsel, terutama para pelatih yang diduga melakukan tindakan kekerasan fisik dan psikis.
ADVERTISEMENT
"AQA mengaku pernah ditampar seniornya saat menjalani pelatihan paskibra di Kota Tangsel. AQA mengaku pernah diperintahkan makan jeruk sekulit-kulitnya saat mengikuti pelatihan Paskibra di kota Tangsel, hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak," tuturnya.
"AQA mengaku pernah diperintahkan melakukan push up dengan mengepal tangan saat dihukum akibat timnya melakukan kesalahan saat pelatihan, sehingga menimbulkan luka pada tangannya. AQA mengaku diminta mengisi buku diary setiap hari, ditulis tangan, dijadikan PR (pekerjaan rumah) yang harus dikumpulkan setiap pagi, harus ditulis berlembar-lembar pula," ungkap Retno.
Retno menuturkan, sebelum meninggal dunia, Aurel mengaku ada empat temannya yang tidak mengumpulkan buku harian, kemudian berimbas pada perobekan buku satu tim. Aurel lalu diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan.
ADVERTISEMENT
"Hal ini sempat dikeluhkan AQA karena dia sangat kelelahan menulis kembali diary yang disobek oleh seniornya tersebut," tutur Retno.
Retno menilai kekerasan fisik tidak memiliki korelasi dengan ketahanan fisik. Sehingga, kata dia, sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan.
Meskipun orang tua Aurel tidak melaporkan kasus ini ke polisi, namun polisi sudah berinisiatif mendatangi keluarga Aurel dan memeriksa pelatih Aurel.
“Hari ini dari laporan yang saya terima adalah memeriksa beberapa saksi. Terutama yang menjadi pelatih,” ucap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (6/8).