Korban Tewas Tenggelamnya Kapal Migran Lebanon di Laut Suriah Bertambah Jadi 94

25 September 2022 5:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Bulan Sabit Merah Suriah selama proses evakuasi mayat migran dari kapal yang tenggelam di Tartous, Suriah, Jumat (23/9/2022). Foto: Syrian Red Crescent/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Bulan Sabit Merah Suriah selama proses evakuasi mayat migran dari kapal yang tenggelam di Tartous, Suriah, Jumat (23/9/2022). Foto: Syrian Red Crescent/via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 17 mayat ditemukan Sabtu (24/9), setelah sebuah kapal yang membawa migran dari Lebanon tenggelam di lepas pantai Suriah. Penemuan puluhan mayat ini menambah jumlah korban tewas tenggelamnya kapal nahas tersebut menjadi 94 korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut menjadikan insiden tenggelamnya kapal migran Lebanon ke Eropa tersebut sebagai yang paling mematikan di kawasan Mediterania timur.
Jumlah korban tewas telah meningkat lebih banyak sejak mayat pertama ditemukan pada Kamis (22/9). Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi, menggambarkan insiden kapal itu sebagai "tragedi yang menyayat hati" dan pencarian mereka yang masih hilang berlanjut hingga malam.
Seorang kerabat menangis didekat jenazah korban kapal migran yang tenggelam di pantai Suriah setelah berlayar dari Lebanon di penyeberangan perbatasan Lebanon-Suriah di Arida, Lebanon, Jumat (23/9/2022). Foto: Mohamed Azakir/Reuters
Setidaknya,14 orang yang selamat tengah menjalani perawatan di rumah sakit di Suriah, sementara enam lainnya sudah dipulangkan ke Lebanon. Kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan dua korban selamat dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Al-Basel.
"Jumlah korban tewas dari kapal yang tenggelam di lepas pantai Tartus telah meningkat menjadi 94," kata televisi pemerintah dikutip dari AFP, Minggu (25/9).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Tentara Lebanon telah menangkap seorang warga negara Lebanon yang "mengaku mengorganisir operasi penyelundupan (orang) baru-baru ini dari Lebanon ke Italia melalui laut".
Lebanon, negara yang menampung lebih dari satu juta pengungsi dari perang saudara Suriah, telah terperosok dalam krisis keuangan yang dicap Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk di zaman modern.
Orang-orang membawa jenazah korban kapal migran yang tenggelam di pantai Suriah setelah berlayar dari Lebanon di penyeberangan perbatasan Lebanon-Suriah di Arida, Lebanon, Jumat (23/9/2022). Foto: Mohamed Azakir/Reuters
Hampir tiga tahun keruntuhan ekonomi telah mengubah negara itu menjadi landasan bagi para migran, dengan warganya sendiri ikut bergabung dengan pengungsi Suriah dan Palestina menuju Eropa melalui rute laut yang berbahaya.
Sebanyak 150 orang berada di kapal kecil yang tenggelam di pelabuhan Tartus, Suriah, sekitar 50 kilometer (30 mil) utara Tripoli di Lebanon, tempat para migran mulai berlayar.
ADVERTISEMENT
PBB mencatat, mereka yang berada di kapal sebagian besar orang Lebanon, Suriah dan Palestina, dan termasuk anak-anak serta orang tua.
Petugas Bulan Sabit Merah Suriah selama proses evakuasi para migran dari kapal yang tenggelam di Tartous, Suriah, Jumat (23/9/2022). Foto: Syrian Red Crescent/via REUTERS
Keluarga para korban di Lebanon telah mengadakan pemakaman setelah menerima jenazah korban pada Jumat malam melalui penyeberangan perbatasan Arida. Sebagian lainnya masih menunggu jenazah kerabat mereka.
Di Tripoli, kemarahan bercampur dengan kesedihan ketika kerabat menerima berita kematian orang yang mereka cintai.
Sementara itu, ratusan orang berkumpul di kamp pengungsi Palestina, Nahr al-Bared, utara Tripoli, untuk prosesi pemakaman salah satu korban.

Kapal Kematian

Sejak 2020, Lebanon menjadi negara dengan lonjakan jumlah migran untuk mencoba 'penyeberangan berbahaya' menuju daratan Eropa, dengan kapal penuh sesak
"Tahun ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi di Lebanon telah mendorong banyak anak dan keluarga ke dalam kemiskinan, mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan mereka," ujar UNICEF.
Saat para migran tidur di kapal NGO Proactive Arms Rescue di tengah laut Mediterranean (5/8). Foto: REUTERS/Juan Medina
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini, merasa para migran telah mengalami kegalauan dan rasa putus asa yang luar biasa sebelum menaiki kapal menuju Eropa.
ADVERTISEMENT
"Orang-orang mengambil keputusan berbahaya ini, mempertaruhkan hidup mereka untuk mencari martabat," jelasnya
Atas kejadian yang terus berulang ini, Lazzarini mengatakan, lebih banyak yang harus dilakukan "untuk menawarkan masa depan yang lebih baik dan mengatasi rasa putus asa di Lebanon dan di seluruh kawasan, termasuk di antara para pengungsi Palestina".