Konspirasi di Awal Takhta Vladimir Putin, Tsar Baru Rusia

3 Juli 2020 7:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Istana Musim Dingin di Saint Petersburg, kediaman para tsar Rusia 1732–1917. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Istana Musim Dingin di Saint Petersburg, kediaman para tsar Rusia 1732–1917. Foto: Pixabay
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nikolai II Alexandrovich Romanov mungkin sudah mati, tapi boleh jadi ia bukan tsar terakhir Rusia. Kini, di masa modern, imperium Rusia kembali berdiri dengan seorang tsar baru: Vladimir Putin.
2 Juli 2020, sejarah baru terukir. Di tengah pandemi, tak kurang dari 78 persen peserta referendum Rusia mendukung amandemen konstitusi yang diyakini banyak kalangan bakal memuluskan jalan Putin—yang telah berkuasa selama dua dekade sejak 1999—untuk terus mencengkeram Rusia sampai 2036.
Bila itu terjadi—dan sangat mungkin terjadi—Putin bakal berkuasa selama 37 tahun, mengalahkan masa pemerintahan Joseph Stalin di era Uni Soviet yang (hanya) 29 tahun.
Amandemen konstitusi memungkinkan Putin untuk mencalonkan diri sebagai presiden dua periode lagi. Ia baru akan berhenti menjadi presiden pada usia 83 tahun—atau mungkin mengamandemen konstitusi lagi dan menjadi presiden selamanya kalau tak mati.
Presiden Vladimir Putin. Foto: Maxim Shemetov
Putin pertama kali bergabung ke pemerintahan ketika menjadi Perdana Menteri pada 1999. Setahun kemudian, pada 2000, ia menjadi Presiden menggantikan Boris Yeltsin. Ia menduduki jabatan itu sampai 2008, lalu menyerahkannya pada Dmitry Medvedev. Tapi, ia tak mundur. Ia balik ke jabatan lamanya sebagai Perdana Menteri sampai 2012.
Pada 2012, Putin bertukar jabatan dengan Medvedev. Ia kembali menjadi Presiden sampai saat ini, sedangkan Medvedev menjadi Perdana Menteri—dan mengundurkan diri pada 15 Januari 2020 karena tak setuju dengan rencana Putin mengamandemen konstitusi.
Maka, sejak Rusia berdiri di atas reruntuhan Uni Soviet, negeri itu memiliki pola suksesi kepemimpinan yang ganjil, dengan presiden ke-2 dan ke-4 dipegang oleh orang yang sama: Vladimir Putin. Dan orang yang sama itu dua kali pula menduduki jabatan perdana menteri.
Hal semacam ini mungkin hanya terjadi di Rusia.
Dan mengapa tidak? Negara itu membawa gen abadi Kekaisaran Romanov yang memerintah negeri selama 300 tahun, ditambah gen imperium Uni Soviet yang digdaya dan sentralistik.
Warisan sejarah itu berpadu sempurna dalam sosok Putin—agen intelijen Uni Soviet yang berkarier selama 15 tahun di KGB sebelum berkiprah di dunia politik.
Bagi Putin dan generasinya di KGB, kehancuran Uni Soviet meninggalkan luka yang selamanya membekas. Sama sekali tak mengherankan bila ia ingin—kalau bisa—mendirikan kembali imperium baru dengan kepemimpinan paling kuat di dunia.
Sewindu setelah Uni Soviet runtuh, Vladimir Putin masuk ke lingkaran kekuasaan—berselimut konspirasi.
Vladimir Putin di Moskow, Rusia. Foto: SPUTNIK/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS
Putin pertama kali dibawa ke lingkaran kekuasaan oleh The Family—sekelompok kecil orang yang mempunyai akses langsung ke Boris Yeltsin, presiden pertama Rusia.
Ketika itu, Putin yang mantan Kepala Badan Intelijen Rusia (FSB) dikenal sebagai loyalis Yeltsin yang amat kompeten dan berdisiplin tinggi. Ia dianggap The Family memiliki karakter kuat, dan kualitas itu membuatnya menjadi kandidat utama untuk menggantikan Yeltsin.
Putin dipandang dapat membawa Rusia menuju arah baru—sekaligus yang tak kalah penting: 1) menyelamatkan kredibilitas Yeltsin di akhir pemerintahannya yang nyaris hancur, dan 2) melindungi The Family dari berbagai skandal korupsi yang menjerat mereka.
Kala itu Rusia mengalami krisis hebat, dan Yeltsin—serta beberapa orang dekatnya—diduga terlibat korupsi dan penyuapan. Ia, menurut laporan Newsweek, selangkah menuju status tersangka. Yeltsin juga dituduh menerima gratifikasi vila dari Boris Berezovsky, pengusaha berpengaruh Rusia yang membantu mengelola keuangan Yeltsin.
Berezovsky merupakan anggota The Family. Setali tiga uang dengan Yeltsin, ia tersandung masalah. Ia dituduh menyedot dana Aeroflot, maskapai penerbangan miliknya, dan mencuci uang itu melalui bank-bank Swiss.
Semua perkara hukum ini membuat The Family terancam. Hukum Rusia waktu itu belum menyediakan imunitas bagi mantan presiden dan para pembantunya. Dan Perdana Menteri Sergei Stepashin yang saat itu menjabat dianggap tak cukup kuat untuk melindungi lingkaran Yeltsin.
Maka, tahun 1999, The Family berkonspirasi untuk mendepak Stepashin dengan alasan ia tak mampu menangani separatis muslim di Kaukasus Utara.
Stepashin digantikan Putin.
Patung Chariot of Glory di Saint Petersburg. Foto: REUTERS/Anton Vaganov
Putin lahir dari kelas pekerja miskin di Saint Petersburg. Ia tumbuh di rumah susun yang kamar mandi dan dapur tak berjendelanya harus dipakai bersama oleh beberapa keluarga. Sehari-hari, ia berkeliaran di jalanan. Dan suatu saat, film tentang mata-mata Soviet membuatnya bertekad untuk berkarier di KGB.
Putin mengejar mimpinya itu. Selulus dari Fakultas Hukum Universitas Saint Petersburg yang bergengsi, ia bergabung dengan KGB dan ditugaskan selama 15 tahun di Jerman Timur. Ia pensiun dari dinas intelijen pada akhir 1980-an.
Lepas dari dunia spionase, setahun sebelum Soviet runtuh, Putin menjadi asisten utama Gubernur Saint Petersburg. Ia berkarier sebagai birokrat dan pada 1996 diboyong ke Kremlin—kantor kepresidenan di Moskow—oleh Wakil Perdana Menteri Anatoly Chubais yang terkesan pada kecerdasannya.
Chubais melihat Putin tak kesulitan untuk memahami kompleksitas sektor ekonomi yang kerap membuat bingung pejabat-pejabat lain. Ketajaman dan kecepatan nalar Putin di kemudian hari juga diakui para pemimpin dunia.
Di Kremlin, reputasi Putin kian mentereng. Ia punya kemampuan hebat dalam menangani para gubernur yang keras kepala dan sering menentang pemerintah pusat. Yeltsin pun mengangkatnya menjadi Kepala Badan Intelijen Rusia.
Putin memberi banyak saran tentang persoalan domestik maupun internasional. Yeltsin sangat mempercayainya dan akhirnya merancang transisi kepemimpinan mulus darinya kepada Putin.
Pada 2000, Putin terpilih sebagai presiden baru Rusia. Salah satu dekrit pertama yang ia keluarkan adalah pemberian imunitas atau kekebalan hukum dari tuntutan apa pun bagi mantan presiden Rusia dan keluarga dekatnya.
Vladimir Putin. Foto: REUTERS/Pavel Golovkin
Seiring waktu, Putin mencopot para pejabat yang melawannya, merestrukturisasi pemerintahan menjadi lebih sentralistik, dan memperkuat peran agen rahasia. Ribuan mantan anggota KGB masuk lingkaran kekuasaan.
Di setiap wilayah dan level pemerintahan, eks agen-agen rahasia memperluas pengaruh dan merekrut kawan-kawan lama mereka di KGB. Di sektor swasta, puluhan ribu eks intelijen KGB juga mengisi pos-pos keamanan dan perekonomian.
Agen-agen rahasia itu kembali mencengkeram berbagai posisi kunci setelah sekian tahun terpinggirkan di bawah kepemimpinan Yeltsin.
Yeltsin—yang merasa tak nyaman ketika dimata-matai KGB pada 1980-an—harus membayar mahal konspirasinya menaikkan Putin ke tampuk kekuasaan. Rusia tergelincir dari jalur demokrasi yang ia cita-citakan dan menapak pasti ke era autokrasi.