Ketika 4 Menteri Perempuan dari Berbagai Negara Unjuk Gigi di BDF

5 Desember 2019 20:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Empat menteri perempuan dari berbagai dunia pimpin diskusi panel di BDF bali, Kamis (5/12). Foto: Twitter/@Menlu_RI
zoom-in-whitePerbesar
Empat menteri perempuan dari berbagai dunia pimpin diskusi panel di BDF bali, Kamis (5/12). Foto: Twitter/@Menlu_RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertemuan Bali Democracy Forum ke-12 mengangkat satu tema khusus, yaitu partisipasi perempuan.
ADVERTISEMENT
Tema tersebut dijadikan perhatian ekstra lantaran kaum hawa dianggap memiliki peran strategis dalam mewujudkan demokrasi inklusif, yang tidak lain adalah tema besar BDF 2019.
Peran penting perempuan bisa langsung dilihat saat BDF ke-12 digelar. Dalam pertemuan tersebut, empat Menteri perempuan dari berbagai negara unjuk gigi menyampaikan pandangan mengenai partisipasi perempuan dan demokrasi.
Empat Menteri wanita tersebut adalah Menlu Australia, Sekretaris Kabinet Urusan Luar Negeri Kenya, Deputi PM Namibia, dan tentunya Menlu Indonesia. Mereka memimpin salah satu diskusi panel di BDF.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (tengah) foto bersama di pembukaan penyelenggaraan Bali Democracy Forum (BDF) ke-12 di Nusa Dua, Bali. Foto: Darin Atiandina/kumparan
“Keempat menteri ini mewakili dari masing-masing benua, Asia, Australia, dan Afrika,” ujar Retno saat memberikan keterangan pers di Bali Nusa Dua Conference Center, Nusa Dua, Bali, Kamis (5/12)
ADVERTISEMENT
Retno berpandangan demokrasi yang inklusif membutuhkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk perempuan. Dalam hal ini, menurut Retno perempuan harus mengambil peran dalam pengambilan keputusan di segala tingkatan.
“Perempuan harus diberdayakan, harus bisa sepenuhnya berpartisipasi dan dilibatkan di segala aktivitas serta pembuatan kebijakan,” kata Retno.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (tengah) foto bersama di pembukaan penyelenggaraan Bali Democracy Forum (BDF) ke-12 di Nusa Dua, Bali. Foto: Darin Atiandina/kumparan
Sepakat dengan Retno, Menlu Australia Marise Pane dan Sekretaris Kabinet Urusan Luar Negeri Kenya Monica Juma juga menginginkan agar perempuan lebih berani untuk memainkan peran sebagai seorang pemimpin.
“Anak-anak perempuan hari ini adalah seorang siswa untuk esok hari dan akan menjadi seorang pemimpin perempuan dalam beberapa tahun ke depan,” kata Pane.
“Di negara saya partisipasi perempuan ada di berbagai tempat salah satunya di politik dan kepemimpinan, partisipasi perempuan saat ini penting, karena merupakan prioritas untuk memperdalam kredensial demokrasi di Afrika,” kata Monica.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Retno menekankan partisipasi perempuan harus dibarengi dengan kualitas dan dukungan lingkungan sekitar.
“Keterlibatan perempuan ini tentunya juga harus didukung dengan pendidikan, disupport oleh keluarga, komunitas, dan tentunya pembuat kebijakan. Tanpa itu, akan sangat sulit bagi perempuan untuk ikut berpartisipasi di dalam masyarakat,” sambung Retno.
Selain mewujudkan demokrasi yang inklusif, menurut Retno dengan dilibatkan perempuan perdamaian di suatu wilayah akan lebih mudah terwujud. Sebab, perempuan cenderung mengedepankan perasaan dibanding kekerasan.
“Polisi dan militer perempuan menggunakan kekerasan yang lebih sedikit ketimbang laki-laki. Perempuan membangun trust, perempuan mengutamakan dialog,” kata Retno.