Ketegangan Ganjar-Puan Dinilai Bisa Jadi Rekayasa Sistematis demi Elektabilitas

24 Mei 2021 11:10 WIB
Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Meski hampir selalu berada di peringkat atas berbagai survei, Ganjar Pranowo belum tentu mendapat tiket maju nyapres dari partainya sendiri, PDIP. Terbaru, Ganjar-PDIP tegang karena Gubernur Jateng ini tak diundang rapat konsolidasi 2024 yang dipimpin Ketua DPP Puan Maharani.
ADVERTISEMENT
Ketegangan ini pun menimbulkan berbagai analisa soal nasib politik Ganjar ke depan. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menilai, peristiwa politik itu bisa berarti berbagai skenario.
Pertama, ia tak yakin konflik antara Puan dan Ganjar sudah dimulai. Dedi mengatakan terlalu dini persaingan menjadi capres antara Puan Ganjar jika dimulai sekarang. Dedi malah menduga ketegangan ini sengaja dimunculkan untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas baik Ganjar maupun Puan, dan tentu saja, PDIP.
"Layak dicurigai jika konflik ini adalah rekayasa sistematis, tentu untuk menempatkan Ganjar sebagai 'korban' dan awal dari dimulainya politik playing victim untuk mempertegas seberapa kuat nama Ganjar di publik," kata Dedi, Senin (24/5).
Selain itu, Puan juga diuntungkan karena menjadi lebih dikenal masyarakat Indonesia jelang 2024.
Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani saat memberi arahan kepada seluruh kader di Jawa Tengah untuk penguatan soliditas partai menuju Pemilu 2024. Foto: ANTARA
"Kedua, baik PDIP maupun Ganjar sedang menjalankan agitasi politik konflik. Tidak saja berharap agar Ganjar semakin populer sebagai kader tertindas. Tetapi ada harapan Puan menjadi pembicaraan di kalangan publik maupun internal PDIP," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Sehingga keduanya bisa membangun popularitas, tugas besarnya adalah mengkonversi popularitas itu menjadi elektabilitas," ujarnya.
Dedi lantas menyimpulkan bahwa kasus yang terjadi di PDIP ini sama-sama bertujuan untuk kepentingan politis semata. Puan dan Ganjar memainkan peran penting.
"Puan dan Ganjar hanya sedang diperankan saja," ujarnya.
Analisa ini karena Dedi yakin PDIP belum akan mengambil keputusan soal capres yang diusung dalam waktu dekat. Seperti biasa, PDIP akan memutuskan capres yang diusung last minute. Sekarang, baru 2021.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan, jika ada asumsi Puan cemburu dengan Ganjar karena elektabilitas yang tinggi, hal tersebut tidak signifikan. Mengingat, Puan masih punya waktu untuk promosi politik ke masyarakat setidaknya hingga 2023.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo berbincang dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, H.E. Mr.Park Tae Sung saat berkunjung ke kantor Pemprov Jateng (19/5). Foto: Dok. Pemprov Jateng
"Puan masih mungkin mengejar ketertinggalan jika tepat memilih strategi pemasaran yang baik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, dari struktur parpol memang Puan yang lebih berpeluang dibanding Ganjar," tutup Dedi.
Sebelumnya, Ganjar memang tak diundang dalam rapat konsolidasi PDIP pada Sabtu (22/5) lalu. Padahal, ada sejumlah kepala daerah lainnya yang hadir seperti Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, hingga Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Di hari itu, Ganjar tengah berada di Jakarta. Ia juga sempat menemui Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk memberikan lukisan.
****
Saksikan video menarik di bawah ini: