Kebakaran Gedung 6 Lantai di Bangladesh, 45 Orang Tewas

1 Maret 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kebakaran rumah. Foto:  ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kebakaran rumah. Foto: ANTARA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebakaran besar melanda gedung enam lantai yang menjadi lokasi toko hingga restoran tempat banyak keluarga bersantap di Bangladesh pada Kamis (29/2). Insiden ini menewaskan setidaknya 45 orang dan melukai puluhan lainnya.
ADVERTISEMENT
Otoritas pemadam kebakaran mengatakan, kebocoran gas atau kompor di restoran biryani diduga merupakan sumber kebakaran tersebut. Kebakaran baru dapat diatasi setelah dua jam oleh 13 unit petugas pemadam kebakaran yang dikerahkan.
"Rumah sakit merawat 22 orang yang menderita luka bakar," kata Menteri Kesehatan Samanta Lal Sen, Jumat (3/1), dikutip dari Reuters.
“Ke-22 orang tersebut berada dalam kondisi kritis,” kata Sen usai berkunjung ke Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Dhaka.
Perdana Menteri Sheikh Hasina ikut terkejut dan berduka atas kejadian tersebut. Dia memerintahkan para pejabat untuk perawatan segera bagi mereka yang terluka.
Salah satu korban selamat, Mohammad Altaf, menceritakan bagaimana ia berhasil lolos dari kobaran api yang menewaskan dua rekannya.
“Saya pergi ke dapur, memecahkan jendela dan melompat untuk menyelamatkan diri,” katanya kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
"Seorang kasir dan pelayan yang mendesak orang-orang untuk menyelamatkan diri pada saat-saat pertama, berujung meninggal," imbuh dia.
Petugas pemadam kebakaran dan masyarakat bekerja untuk memadamkan api yang terjadi di Pasar Mohammadpur Krishi di, Dhaka, Bangladesh, Kamis (14/9/2023). Foto: Arshadul Hoque Rocky/via REUTERS
Petugas pemadam kebakaran menggunakan derek untuk menyelamatkan orang-orang dari gedung yang hangus. Hingga Jumat, petugas masih bekerja untuk membersihkan puing-puing dan membasmi sisa bara api.
Nampak kerabat berkumpul di rumah sakit pada Jumat pagi untuk menerima jenazah para korban, dan beberapa orang berkabung di luar unit gawat darurat.
Para dokter mengatakan sebagian besar korban tewas karena sesak napas. Sementara yang lain meninggal saat mereka melompat dari gedung yang juga menampung beberapa toko pakaian dan telepon seluler itu.
"Api bisa saja berasal dari kebocoran gas atau kompor," kata Brigadir Jenderal Utama Uddin, pejabat tinggi dinas pemadam kebakaran.
ADVERTISEMENT
“Itu adalah bangunan berbahaya dengan tabung gas di setiap lantai, bahkan di tangga. Bangunan itu hanya memiliki satu tangga, tidak memiliki pintu keluar darurat dan langkah-langkah keamanan lainnya," tambah dia.
Pemerintah telah membentuk satgas beranggotakan lima orang untuk menyelidiki insiden tersebut. Sementara, partai oposisi utama menyalahkan pemerintah atas kebakaran tersebut.
“Kecelakaan dan bencana terus terjadi karena tidak ada supremasi hukum,” kata Mirza Fakhrul Islam Alamgir, sekretaris jenderal Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dalam pernyataannya.
“Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada rakyat dan itulah sebabnya anarki terjadi, banyak kecelakaan terjadi dan banyak orang kehilangan nyawa," tambah dia.
Pengawasan ketat terhadap Bangladesh dan pengecer pakaian global besar yang memproduksi di sana telah membantu mencegah bencana di sektor garmen. Ini dilakukan sejak kebakaran pada 2012 dan runtuhnya gedung pada 2013, menewaskan lebih dari 1.200 pekerja.
ADVERTISEMENT
Namun di industri lain, yang sebagian besar melayani perekonomian dalam negeri yang sedang berkembang, kurang memberikan perhatian pada keselamatan. Ratusan orang tewas dalam berbagai kebakaran.
Kebakaran sering terjadi di Dhaka yang berpenduduk padat, di mana banyak bangunan baru bermunculan tanpa prosedur keselamatan yang memadai. Kebakaran dan ledakan disebabkan oleh kerusakan tabung gas, AC, hingga kabel listrik yang buruk.
Pada Juli 2021, 54 orang tewas di sebuah pabrik pengolahan makanan di luar Dhaka, termasuk di antaranya anak-anak. Adapun setidaknya 70 orang tewas dalam kebakaran pada bulan 2019 yang melanda sebuah kawasan berusia berabad-abad.