Kabar Corona: Kenali Gejala Omicron hingga Kapasitas Karantina Mulai Penuh

18 Desember 2021 8:45 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh berjalan keluar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/8/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh berjalan keluar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/8/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah telah mengkonfirmasi kasus varian Omicron di Indonesia. Hal ini disampaikan Menkes Budi Gunadi Sadikin, di mana satu kasus positif Omicron ditemukan dari pekerja kebersihan di RS Wisma Atlet Kemayoran.
ADVERTISEMENT
Pasien berinisial N tersebut tercatat tak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sama sekali. Oleh sebab itu, pasien N kemungkinan besar memiliki riwayat kontak dengan sejumlah pasien yang tengah dikarantina.

Mengenal Gejala Omicron

Lalu, seperti apa gejala virus corona varian Omicron?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) meneliti temuan kasus varian Omicron yang mulai muncul pada 1 Desember lalu. Berdasarkan temuan tersebut, CDC pun mengungkapkan sejumlah gejala yang dialami pasien varian Omicron.
Infografik Varian Omicron Masuk Indonesia. Foto: kumparan
Secara umum, ada 8 gejala yang dialami. Gejala yang paling banyak muncul adalah batuk-batuk, yang dialami oleh 33 orang atau 89%. Jumlah tersebut diikuti oleh pasien dengan gejala kelelahan dan pilek.
Sementara itu, hanya 3 orang atau 8 persen saja yang mengalami kehilangan indera penciuman. Dari 43 orang yang positif corona varian omicron, hanya 6 orang di antaranya yang mendapat kesulitan saat bernapas.
ADVERTISEMENT
Data juga menyebutkan, pasien yang dirawat di rumah sakit hanya berjumlah 1 orang. Hingga 8 Desember, tercatat nihil kasus kematian akibat varian omicron.

Rusun Nagrak untuk Karantina

Rusun Nagrak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, menjadi tempat yang disiapkan untuk menampung WNI yang harus dikarantina sepulang dari luar negeri. Namun sampai saat ini, Rusun Nagrak masih belum beroperasi.
Berdasarkan pantauan kumparan pada Jumat (17/12), Rusun Nagrak masih kosong dari pasien karantina COVID-19. Hanya ada beberapa pekerja taman dan beberapa petugas keamanan yang berjaga di sana.
Tower biru di Rusun Nagrak yang akan dijadikan tempat karantina Covid. Foto: Jonathan Devin/kumparan
Dari penuturan petugas keamanan yang berjaga, ia mengaku belum mendapatkan informasi kapan Rusun Nagrak mulai menerima pasien karantina kembali.
Terdapat 4 tower dengan cat biru yang rencananya digunakan sebagai tempat karantina. Namun kumparan tidak diizinkan untuk memasuki kawasan tersebut sebab Rusun Nagrak harus masih harus steril sebelum menerima pasien karantina kembali.
ADVERTISEMENT
Ketua Satgas COVID-19 Letjen TNI Suharyanto mengatakan Rusun Nagrak memiliki kapasitas tempat tidur hingga 3.500 bed. Tempat ini disiapkan untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan karantina jika Wisma Atlet dan Rusun Pasar Rumput tidak dapat menampung pasien karena penuh.

Wisma Pademangan Tidak Lockdown

Kepala Satgas Kesehatan Wisma Atlet Pademangan, dr Imran Pambudi, mengatakan dalam sehari ada sekitar 3.000 orang yang datang ke Indonesia. Seluruhnya wajib menjalani karantina selama 10 hari.
Sekitar 50-60% dari total kedatangan dari luar negeri akan melangsungkan karantina di salah satu dari ketiga fasilitas karantina terpusat. Usai varian Omicron ditemukan di Wisma Atlet, kondisi di Wisma Pademangan terbilang terkendali walau cukup penuh dan tak ada lockdown.
Suasana dari Tower 8 Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Pademangan, Jakarta, Selasa (15/6). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Baik RSDC maupun Wisma Pademangan merupakan dua lokasi berbeda namun masih di wilayah yang sama. RSDC untuk perawatan pasien corona, sedangkan Wisma Pademangan adalah lokasi karantina.
ADVERTISEMENT
"Situasi [Wisma Atlet] Pademangan baik, terkendali tapi penuh," ujar Imran kepada kumparan.
Per hari ini, ada 4.821 orang yang menjalani karantina di Wisma Atlet Pademangan, yang diinapkan di tiga tower (Tower 8,9, dan 10). Bahkan, Imran menyebut saat ini satu di antaranya telah penuh (Tower 10).
Hanya Pekerja Migran Indonesia (PMI), pelajar/mahasiswa, dan juga ASN yang tiba dari luar negeri sehabis dinas yang dapat menjalankan karantina di fasilitas-fasilitas tersebut.

Ahli Wabah Sebut Tak Lucu Lokasi Karantina jadi Tempat Penularan

RSDC Wisma Atlet Kemayoran saat ini diisolasi hingga 7 hari ke depan usai penemuan kasus varian Omicron pertama di sana. Terkait hal tersebut, ahli wabah UI Pandu Riono menilai penutupan Wisma Atlet tersebut sudah tepat, termasuk untuk menemukan celah kebocoran kasus pada petugas yang tak punya riwayat perjalanan ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Mungkin sudah tepat artinya, kan, mereka harus memperbaiki proses karantina di dalam. Jadi karantina kalau kemungkinan kebocoran di dalam mereka harus memperbaiki," kata Pandu.
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
Dalam waktu seminggu ke depan, diharapkan Wisma Atlet Kemayoran dapat melacak kasus yang menyebabkan pekerjanya tersebut hingga tertular.
"Mungkin butuh 7 hari untuk memperbaiki, melacak lagi dari mana, kok, bisa terjadi kemungkinan penularan. Kan enggak lucu tempat karantina jadi tempat penularan," lanjutnya.

Ahli Wabah Minta Aturan Karantina Tidak Diskriminatif

Lebih lanjut, Pandu Riono menilai masuknya varian Omicron ke Indonesia bisa disebabkan oleh penerapan aturan penanganan COVID-19, termasuk kewajiban karantina, yang diskriminatif.
Aturan yang dinilainya diskriminatif seperti melarang kedatangan WNA dari negara tertentu sampai pengecualian karantina mandiri bagi pejabat eselon I ke atas.
ADVERTISEMENT
"Jadi, aturan itu harus konsisten, jadi tidak boleh diskriminatif. Kalau diskriminatif ada peluang kebocoran [masuknya varian corona]. Ya hanya orang asing, hanya dari negara tertentu, pejabat boleh tidak karantina, itu diskriminatif," kata Pandu.
Saat ini, ada 11 negara yang warga negaranya dilarang ke Indonesia terkait dengan penemuan varian Omicron, dan mayoritas merupakan negara-negara Afrika.
Menurut Pandu, pelarangan kedatangan WN tersebut sebenarnya tak perlu dilakukan. Sebab, hanya membuat pencegahan hanya fokus pada negara-negara tertentu, sementara yang lainnya justru lengah.
Apalagi, dua kasus WNI yang masuk kategori probable positif varian Omicron diketahui memiliki riwayat dari Inggris dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut tidak ada dalam daftar negara yang WN-nya dilarang masuk Indonesia.
ADVERTISEMENT