JK: Konflik Diikuti dengan Perang Agama Sulit Berakhir

25 April 2024 19:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla memberikan paparan mengenai konflik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kamis (25/4).  Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla memberikan paparan mengenai konflik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kamis (25/4). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla (JK), menyatakan terdapat 14 hingga 15 konflik di Indonesia sejak masa kemerdekaan hingga saat ini. Konflik tersebut memakan korban sebanyak 1.000 hingga 20 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Dari mulai konflik PKI Madiun, konflik Republik Maluku Selatan (RMS), DI TII di Jawa Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan, kemudian Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), Perjuangan Semesta (Permesta), G30S/PKI, Konflik Poso, Konflik Ambon, Konflik Sampit antara suku dayak dan madura, serta konflik Papua hingga saat ini.
Dari banyaknya konflik tersebut, 10 di antaranya diakhiri dengan perang, dan hanya 3 yang diakhiri dengan perdamaian yakni konflik Ambon, konflik Poso dan juga konflik Aceh.
"Tentu Anda ingin tahu bagaimana cara menyelesaikannya, ini satu konflik. Karena seperti saya katakan tadi, suatu konflik bersenjata pasti korbannya banyak, dan antara kita," ujar JK dalam paparannya dalam Dialog Perdamaian: Jusuf Kalla dan Usaha Mengakhiri Konflik di Universitas Indonesia, Kamis (25/4).
ADVERTISEMENT
Menurut JK, perang antar kelompok masyarakat jauh lebih bahaya ketimbang perang antar negara.
Terlebih apabila konflik yang tercampur dengan agama, hal tersebut akan sulit berakhir sebab tidak ada yang netral.
"Kalau kita perang melawan Jepang, China, Belanda, oke lah. Tapi antar kita, dan terbelah masyarakat itu. Yang paling bahaya itu kalau konflik diikuti dengan perang agama, karena sulit berakhir dan semua orang tidak ada yang netral," ucap JK.
Ia juga menceritakan, pada saat konflik di Ambon, kepolisian pun sempat mengalami konflik, sebab terdapat dua kantor polisi yang kepala polisinya berbeda latar agama.
Konflik terjadi pada saat keduanya masih di Ambon. Namun ketika para anggota polisi tersebut keluar dari Ambon, para anggota kepolisian pun kembali bersatu.
ADVERTISEMENT
"Di Ambon kantor polisi ada dua, dulu waktu konflik itu. Kapoldanya berkumpul polisi yang beragama Kristen, Kapolresnya berkumpul polisi yang beragama Islam. Antar mereka saling konflik juga, tapi begitu keluar dari Ambon bersatu lagi," pungkasnya.