Ini yang Kamu Perlu Ketahui soal Serangan Israel ke RS Indonesia di Jalur Gaza

21 November 2023 14:29 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina berdiri di luar Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada 13 Januari 2016. Foto: Mohammed Abed / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina berdiri di luar Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada 13 Januari 2016. Foto: Mohammed Abed / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasukan Israel meluncurkan serangan ke Rumah Sakit Indonesia (RSI) pada Minggu (19/11) dini hari waktu setempat dan menewaskan sedikitnya 12 orang Palestina — termasuk dokter dan pasien.
ADVERTISEMENT
Pertempuran sengit antara Israel dan sayap militer Hamas terjadi di sekitar rumah sakit pecah keesokan harinya, dengan tank-tank milik Israel terlihat mengepung RSI.
Pada saat bersamaan, sekitar 700 warga sipil masih terjebak di dalam rumah sakit — tiga relawan WNI dari lembaga kemanusiaan MER-C yang bertugas di sana pun sampai sekarang masih hilang kontak.
Berikut ini yang perlu kamu ketahui soal serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia:

Awal Mula Serangan Terjadi

Sejak pertempuran Hamas dan Israel pecah awal Oktober lalu, rumah sakit di Jalur Gaza — termasuk RSI, acap kali menjadi target serangan penjajah. Sebelumnya, seorang staf lokal MER-C berkewarganegaraan Palestina di RSI bernama Abu Romzi mati syahid akibat rudal Israel.
ADVERTISEMENT
Sudah beberapa pekan, RSI yang juga telah kehilangan sebagian besar dokter bedahnya ini menangguhkan beberapa layanan medis karena kehabisan bahan bakar dan pemadaman listrik.
Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza gelap gulita karena bahan bakar habis, Senin (23/10/2023) malam. Foto: X/@WAFANewsEnglish
Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Ashraf al-Qudra, tragedi pada Minggu (19/11) berawal dari sebuah rudal yang menghantam lantai dua RSI. Laporan awal menyebut ada delapan orang tewas, tapi angka itu bertambah menjadi 12 orang.
Kepada Al Jazeera, Qudra melaporkan situasi di RSI sangat buruk — namun hal itu tidak menggentarkan hati para staf medis di sana untuk tetap bertahan dan merawat para korban perang.
"Staf Rumah Sakit Indonesia bersikeras bahwa mereka akan tetap tinggal untuk merawat yang terluka. Ada sekitar 700 orang, termasuk staf medis dan korban luka-luka, di dalam rumah sakit," ujar Qudra.
ADVERTISEMENT
Seorang staf medis di RSI, Marwan Abdallah, mengatakan rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat berlindung itu telah dikepung oleh Israeli Defense Forces (IDF).
Ambulans Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, rusak akibat serangan udara Israel, Sabtu (7/10/2023). Foto: MER-C
Tank-tank milik Israel, kata Abdallah, beroperasi tak lebih dari 200 meter dari jarak ke RSI dan sniper Israel dapat terlihat di atap-atap bangunan di dekatnya.
Staf medis RSI lainnya menyebut, Israel melakukan penembakan secara intensif dan tanpa pandang bulu di area rumah sakit, pintu masuk, dan di jendela-jendela. Dikatakan, ratusan warga sipil yang terjebak di dalam RSI berlindung di tengah-tengah bangunan utama.
Abu Romzi, staf lokal MER-C di RS Indonesia di Gaza mati syahid akibat serangan udara militer Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023. Foto: MER-C

3 Relawan WNI dari MER-C Hilang Kontak

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam press briefing virtual mengkonfirmasi adanya tiga relawan WNI dari MER-C yang sampai sekarang hilang kontak sejak serangan terjadi.
ADVERTISEMENT
"Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri masih hilang kontak dengan 3 orang WNI yang menjadi relawan di Rumah Sakit Indonesia," kata Retno pada Senin (20/11).
Tiga relawan MER-C di Gaza. Kiri ke kanan: Fikri Rofiul Haq, Reza Aldilla Kurniawan, dan Farid Zanzabil Al Ayubi. Foto: IG MER-C
"Saya sendiri telah menghubungi UNRWA di Gaza, untuk menanyakan situasi RS Indonesia dan memperoleh jawaban bahwa UNRWA juga tidak dapat melakukan kontak dengan siapa pun di RS Indonesia saat ini," sambung dia.
Hingga berita ini dirilis, MER-C masih belum bisa menghubungi tiga relawan tersebut — yang diidentifikasi bernama Fikri Rofiul Haq, Reza Aldilla Kurniawan, dan Farid Zanzabil Al Ayubi.
Adapun sejak pasukan Israel menyerang Jalur Gaza awal Oktober lalu, mereka memilih untuk tetap tinggal dan membantu korban perang di Palestina.
Meski begitu, Ketua Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad pada Selasa (21/11) mengatakan bahwa Fikri, Reza, dan Farid dalam kondisi sehat dan masih berada di RSI.
ADVERTISEMENT
"Belum bisa dikontak sampai saat ini, tapi info dari jaringan kita [relasi MER-C] mereka sehat dan ada di RSI," kata Sarbini kepada kumparan.

RI Kutuk Sekeras-kerasnya Serangan Israel ke RSI

Dalam press briefing yang sama, Retno menyampaikan kecaman RI sekeras-kerasnya atas serangan Israel ke RSI. "Indonesia mengutuk sekeras-kerasnya serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menewaskan sejumlah warga sipil," tegas Retno.
Menlu Retno Marsudi menghadiri Aksi Bela Palestina di Monas, Jakarta, Minggu (5/11/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Retno menggarisbawahi, serangan Israel ke RSI — atau rumah sakit mana pun itu, adalah pelanggaran hukum humaniter internasional dan harus dihentikan.
"Semua negara, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan Israel harus menggunakan segala pengaruh dan kemampuannya, untuk mendesak Israel menghentikan kekejamannya," imbuhnya.

Lokasi RS Indonesia

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
RSI terletak di bagian utara Jalur Gaza, lebih tepatnya di Beit Lahiya — sebuah kota berpenduduk sekitar 90 ribu jiwa. MER-C adalah salah satu inisiator dan pengelola RSI, bersama Muhammadiyah dan Palang Merah Indonesia.
Rumah sakit Rumah Sakit Indonesia di Kota Gaza pada 1 November 2023 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Foto: Bashar Taleb / AFP
Diresmikan oleh Jusuf Kalla semasa menjadi wapres pada Januari 2016, RSI memiliki sekitar 100 bangsal perawatan medis dan didonasikan oleh pemerintah di Jalur Gaza. Sebelum perang, ada sekitar 400 staf medis berkewarganegaraan Palestina — mereka digaji Kementerian Kesehatan di Gaza, serta beberapa relawan dari Indonesia.
Pembangunan RSI menelan biaya sekitar Rp 126 miliar. RS ini menjadi jujukan warga Palestina di tiga kota terdekat, termasuk kamp pengungsian Jabalia yang tak henti dirudal Israel.
Namun, kini, imbas tragedi yang terjadi RSI tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan beberapa bagian gedung rusak diterjang rudal Israel.
Masyarakat Gaza membawa jenazah korban serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia, Senin (9/10/2023). Foto: Merc Indonesia

Dalih Israel Serang RS Indonesia

Israel telah lama menuding pejuang Hamas menggunakan rumah sakit atau fasilitas sipil lainnya sebagai pusat komando hingga penyimpanan senjata. Tudingan itu pun disokong oleh sekutu dekatnya, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
IDF meyakini bahwa RSI dibangun di atas sistem terowongan bawah tanah Hamas — tuduhan serupa yang dilayangkannya kepada Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza. Hingga kini, Israel tak bisa membuktikan tuduhannya itu.
Enam minggu usai perang pecah, Israel yang semula bersikeras hanya ingin menghancurkan Hamas — sekarang mengejar ambisi baru, yaitu mencegah lahirnya generasi Palestina baru melalui genosida (pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras).
Kesibukan ambulans di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, Senin (9/10/2023). Foto: Instagram/@mercindonesia
Hal itu tampak dari berbagai serangan yang berulang kali ditargetkan ke rumah sakit, kamp pengungsian, dan fasilitas sipil lainnya. Israel seolah tidak mempedulikan apakah yang diserangnya anak-anak atau ibu hamil.
Sedikitnya 21 dari total 35 rumah sakit di Jalur Gaza sudah tidak lagi beroperasi gara-gara kehabisan bahan bakar untuk generator, obat-obatan, dan pemadaman listrik.
ADVERTISEMENT
Seorang peneliti asal Palestina, Taghreed El-Khodary, mengatakan Israel berupaya meyakinkan dunia bahwa RSI adalah markas Hamas — sebab itu adalah jalan termudah bagi mereka untuk menginvasi Gaza sepenuhnya.
"Mereka tahu bahwa itu adalah bagian yang paling aman untuk masuk dan memaksakan semacam markas militer bagi mereka di Kota Gaza. Mereka tidak bisa datang dari arah timur," ujar El-Khodary dikutip dari Al Jazeera.
Kerusakan di bagian dalam RS Indonesia, Jalur Gaza, akibat serangan Israel di sekitar rumah sakit. Foto: Instagram/@mercindonesia
"Sekarang inilah yang mereka lakukan, pergi ke Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya untuk juga memaksakan markas lain bagi mereka untuk menyerang dan membunuh lebih banyak warga sipil," tambahnya.
Menurut analis senior Palestina di International Crisis Group, Tahani Mustafa, tindakan membuat warga sipil merasa tidak aman di setiap fasilitas yang terletak di Jalur Gaza ditujukan untuk meredam segala bentuk perlawanan.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah bagian dari pola kekerasan yang sudah berlangsung lama terhadap staf dan layanan medis, di mana Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada tempat yang aman," jelas Mustafa.