Inggris Sebut Rusia Kehabisan Amunisi dan Kendaraan Baja di Ukraina

5 November 2022 2:58 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tank T-80 Rusia ikut serta dalam latihan militer 'Vostok-2022' di tempat pelatihan Uspenovskyi (Pulau Sakhalin), luar kota Yuzhno-Sakhalinsk, Timur Jauh Rusia, Minggu (4/9/2022). Foto: Kirill Kudryavtsev/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tank T-80 Rusia ikut serta dalam latihan militer 'Vostok-2022' di tempat pelatihan Uspenovskyi (Pulau Sakhalin), luar kota Yuzhno-Sakhalinsk, Timur Jauh Rusia, Minggu (4/9/2022). Foto: Kirill Kudryavtsev/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung hingga saat ini. Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, Rusia mulai kehabisan amunisi hingga kendaraan lapis baja di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Inggris mengeklaim, Rusia bisa kehilangan 40 kendaraan lapis baja setiap hari dalam pertempuran di Ukraina. Ini ditaksir merupakan jumlah kendaraan dalam satu batalion tempur.
Pejabat Inggris juga menyebut, Rusia terpaksa merapat ke Belarus untuk mendapatkan 100 tank tambahan dan kendaraan tempur lainnya agar serangannya ke Ukraina tak terputus.
"[Tentara Rusia] sepertinya mulai frustrasi dipaksa bertugas dengan senjata tempur tua yang mereka keluhkan sebagai kaleng alumunium," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris dikutip dari News Week.
Anggota layanan Ukraina menggunakan mesin ranjau Armtrac 400, yang mampu membersihkan 2.400 meter persegi per jam di wilayah Kharkiv Ukraina. Foto: Clodagh Kilcoyne/REUTERS
Salah satu situs independen dan terbuka, the Oryx, bahkan memperkirakan Rusia telah kehilangan 1.420 tank dan 684 kendaraan lapis baja.
Sementara itu, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengakui bahwa Rusia tak memiliki peralatan yang cukup untuk para tentara cadangan mereka. Dia menyebut, dewan perang yang dibentuk Vladimir Putin sedang memperbaiki situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kepala Pemerintah Pendudukan Rusia di Kherson, Vladimir Saldo juga mengakui, kepada program televisi pemerintah Solovyov bahwa pihaknya kesulitan dalam peralatan perang dan pelatihan tentara cadangan.