Ikhtiar Tukang Jahit Melawan Gibran di Pilwalkot Solo

23 Juli 2020 8:00 WIB
Pasangan Bagyo Wahyono-F.X. Supardjo (Bajo) di Pilwalkot Solo. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan Bagyo Wahyono-F.X. Supardjo (Bajo) di Pilwalkot Solo. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa mungkin tidak akan melawan kotak kosong di Pilwalkot Solo 2020. Sebab, rupanya, ada pasangan lain yang mencoba maju melalui jalur independen.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Bagyo Wahyono dan FX Supardjo. Pasangan 'Bajo' ini rupanya tak main-main untuk bisa menjadi penantang putra sulung Presiden Jokowi di Pilkada 2020 mendatang.
Di balik keberanian pasangan Bajo melawan Gibran, ternyata keduanya adalah sosok sederhana. Bagyo Wahyono bekerja sebagai penjahit baju di rumah, sedangkan FX Supardjo menjabat sebagai ketua RW di kampung.
"Kami tidak perlu muluk-muluk untuk mengusung pasangan cawali dan cawawali dari jalur independen," ujar Ketua Tim Sukses Bajo, Robert Hananto, Rabu (22/7).
Bakal calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan bakal calon Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa di kantor DPC PDIP Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/7). Foto: Mohammad Ayudha-ANTARA FOTO
Robert menegaskan, jika Bajo lolos, maka sejarah baru di Pilwalkot Solo akan terukir. Sebab, selama ini belum ada calon independen bertarung melawan calon yang diusung dari partai.

Pasangan Bajo Tak Takut Lawan Gibran di Pilwalkot Solo

Sementara itu, Bagyo Wahyono pun mengaku optimistis dan tak gentar meski harus melawan anak presiden yang diusung partai terbesar di Solo, PDIP. Bagi Bagyo, kalah-menang adalah urusan Tuhan.
ADVERTISEMENT
"Tidak takut lawan siapa pun, termasuk Gibran. Soal menang kalah itu urusan Tuhan. Kita manusia hanya bisa berusaha," ujar Bagyo kepada kumparan, Rabu (22/7).
Bagyo mengaku memutuskan maju menjadi cawalkot Solo melalui jalur independen karena didorong oleh jaringan Tikus Pithi Hanata Baris. Supardjo juga didorong oleh ormas yang sama.
Ilustrasi Pemilu Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Berdasarkan aturan, untuk bisa maju di Pilkada 2020 melalui jalur independen, seseorang harus mengantongi dukungan minimal 10 persen di daerah dengan jumlah DPT kurang dari 250 ribu, 8,5 persen untuk DPT 250 ribu - 500 ribu, 7,5 persen untuk DPT 500 ribu - 1 juta, dan 6,5 persen untuk daerah dengan DPT lebih dari 1 juta. Dukungan tersebut, harus tersebar di lebih dari 50 persen kecamatan di kabupaten.kota yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Di Kota Solo, jumlah DPT pada Pemilu 2019 tercatat ada 422.773 pemilih. Maka, untuk bisa maju di jalur independen, Bagyo-Supardjo harus mengantongi dukungan sekitar 35.870 dukungan.
Sebelumnya, Bajo sudah mengumpulkan berkas dukungan dan yang dianggap Memenuhi Syarat (MS) sudah ada 28.629 orang. Sedangkan 7.241 berkas pendukung lainnya dianggap tidak memenuhi syarat.
Jika ingin lolos, pasangan ini hanya perlu mengumpulkan lagi pendukung sekitar dua kali lipat jumlah TMS. Dukungan ini harus segera dilengkapi hingga 27 Juli mendatang untuk bisa lolos.
Namun, saat ini Bagyo mengaku sudah berhasil mengumpulkan 20 ribu KTP pendukung baru. KTP ini merupakan pengganti dari 7.241 berkas dukungan yang dianggap tidak memenuhi syarat.
"KTP cadangan 20 ribu sudah disiapkan untuk mengganti e-KTP, yang dianggap TMS (tidak memenuhi syarat) oleh KPU," ucap Bagyo.
ADVERTISEMENT
Jika 20 ribu berkas dukungan tersebut bisa lolos, maka pasangan Bajo sudah berhasil mengantongi lebih dari 48 ribu dukungan. Dengan demikian, pasangan ini bisa melenggang ke Pilwalkot Solo sebagai penantang Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu sesama. Yuk, bantu donasi sekarang!