IDAI: Kasus Corona Anak Harusnya 250 Ribu, tapi yang Terdata Hanya 113 Ribu

13 Juni 2021 12:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Aman Bhakti Pulungan, Ketua Umum IDAI
 Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
dr. Aman Bhakti Pulungan, Ketua Umum IDAI Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Aman Bhakti Pulungan menyoroti soal laporan jumlah kasus terinfeksi COVID-19 pada anak di Indonesia. Menurutnya, laporan pemerintah belum sesuai kondisi di lapangan.
ADVERTISEMENT
"Karena setiap minggu kita rapat dengan IDAI karena data ini kalau kita lihat hampir sama yang tadi dikatakan Unicef kasus pada anak 11-12 persen. Ini salah satu kasus yang paling tinggi di dunia. Yang jadi masalah kalau 1,9 juta kita yang paling tinggi di ASEAN harusnya kalau sekitar 12 persen ada 250 ribu kan kasus kita," kata dr Aman dalam webinar FKM UI, Minggu (13/6).
"Kenapa data ini yang dilaporkan seluruh ketua cabang IDAI kita minta setiap minggu kita kumpul dengan ketua cabang IDAI dan kita lihat kita yang terkumpul. Dan dilaporkan oleh dokter anak yang merawat dan mencari datanya hanya sekitar 113 ribu (kasus anak)," tambahnya.
Dari jumlah tersebut, kata dia, sudah pasti ada yang tidak dilaporkan atau terdeteksi. Oleh karena itu dia menyimpulkan belum ada dashboard yang tepat terhadap kasus COVID-19 yang terjadi pada kalangan anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Jadi berarti ada 100 ribuan yang tidak terlapor. Jadi kalau dashboardnya belum ada, belum bisa mengatakan data anak," ujarnya.
Ilustrasi ibu memakaikan masker kepada anak Foto: Shutterstock
dr Aman juga mengungkapkan bahwa banyak pihak yang menganggap remeh kasus COVID-19 pada kalangan anak-anak. Hal itu karena mereka menganggap COVID-19 jarang menular pada anak-anak.
Namun, tentu saja, penyebaran COVID-19 tetap terjadi di semua kalangan. Untuk kalangan anak-anak pun menyumbang angka kenaikan dalam kasus aktif harian di Indonesia.
"Pada anak bagaimana? Awalnya COVID-19 dikatakan jarang pada anak termasuk WHO, Unicef kita pernah meeting pada Unicef mereka underestimate kasus pada anak. Kita mengatakan IDAI kita banyak melihat," pungkasnya.