Hizbullah Bantah Tudingan Simpan Senjata di Pelabuhan Beirut

8 Agustus 2020 2:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara kerusakan akibat ledakan di area pelabuhan Beirut, Lebanon Kamis (6/8). Foto: Bader Helal/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kerusakan akibat ledakan di area pelabuhan Beirut, Lebanon Kamis (6/8). Foto: Bader Helal/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemimpin Hizbullah membantah tudingan yang dialamatkan terhadap kelompoknya terkait dugaan mereka menyimpan senjata di pelabuhan Beirut hingga akhirnya menyebabkan ledakan besar.
ADVERTISEMENT
Hizbullah justru meminta pihak terkait menyelidiki secara benar soal pemicu ledakan yang terjadi pada Selasa (4/8) lalu.
Dilansir Reuters, Sabtu (8/8), dalam pidatonya Sayyid Hassan Nasrallah menyebut ledakan di Beirut merupakan peristiwa luar biasa yang membutuhkan persatuan dan ketenangan.
Hassan Nasrullah pemimpin Hizbullah Libanon Foto: Khalil Hasan/Reuters
Nasrallah juga mempertanyakan adanya 2.750 ton amonium nitrat disimpan di gudang pelabuhan sejak 6 tahun. Hal itu yang kemudian disebut memicu terjadinya ledakan besar.
"Kalaupun ada pesawat menabrak, atau memang disengaja itu jelas tak bisa disalahkan karena nitrat ini sudah bertahun-tahun ada di pelabuhan dengan cara seperti ini, artinya sebagian kasus itu mutlak kelalaian dan korupsi," kata Nasrallah.
Selain itu, Nasrallah memuji solidaritas dan bantuan yang terus mengalir dari seluruh dunia, termasuk kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan bantuan itu akan memberikan angin segar bagi Lebanon yang saat ini tengah dilanda kesulitan di dalam krisis keuangan.
Proses evakuasi korban ledakan di Beirut, Lebanon. Foto: Hassan Ammar/AP
Sejauh ini, dilaporkan 154 orang tewas akibat ledakan itu dan 5.000 lainnya mengalami luka-luka.
Berdasarkan penyelidikan awal, diduga ledakan itu terjadi karena adanya kelalaian. Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat disimpan di gudang pelabuhan sejak 6 tahun lalu tanpa pengawasan yang baik.
Akibatnya, 16 pejabat pelabuhan dikenai tahanan rumah dan rekeningnya dibekukan.