Happy Hypoxia Bisa Membunuh dalam Diam, Ini Cara Deteksinya

27 November 2020 16:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr Twindy Rarasati. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
dr Twindy Rarasati. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Happy hypoxia merupakan bagian dari gejala COVID-19 yang keberadaannya banyak tak disadari oleh penderitanya. Seringkali, seseorang sudah mengalami sesuatu yang membahayakan karena luput mengetahui tanda-tanda happy hypoxia.
ADVERTISEMENT
Happy hypoxia terjadi karena ada kejadian hypoxia yang tak disadari, yaitu kurangnya oksigen dalam darah. Mestinya kalau kurang oksigen dalam darah, maka orang akan sesak dan ada gejalanya, tapi ini tidak terjadi pada beberapa pasien COVID-19.
Saturasi oksigen seseorang yag terkena happy hypoxia biasanya menurun. Namun, seseorang masih bisa berkegiatan karena tak merasa sesak.
Hal ini yang harus diantisipasi dan jangan sampai hilang kesadaran.
Lalu, bagaimana cara mendeteksi dini happy hypoxia?
"Buat teman-teman yang sedang isolasi atau tidak mengalami gejala, untuk mendeteksinya [happy hypoxia] paling oke dengan oxymeter atau pasang monitor," kata dr Twindy Rarasati dalam talkshow Live Corona Update kumparan, Jumat (21/11).
Infografik Waspada Happy Hypoxia. Foto: Hod Susanto/kumparan
Alat tersebut bisa menghitung berapa kadar oksigen dalam darah kita. Normalnya, 95 persen. Yang sudah parah bisa sampai di bawah 60 persen saturasi oksigennya.
ADVERTISEMENT
Kalau tidak punya alat, dr Twindy punya tips lain. Yakni dengan menghitung napas per menit.
"Kita bisa hitung napas. Kalau kekurangan oksigen dalam tubuh memaksa kita yuk napasnya dinaikkan lagi. Jadi ada kompensasi dari tubuh. Frekuensi bernapasnya pasti lebih cepat. Denyut nadinya juga lebih cepat," urainya.
"Kenapa? Tugas jantung itu memompa darah yang memasok oksigen ke seluruh tubuh. Jadi kalau oksigennya kurang pompanya pas dicepetin supaya oksigennya bisa cepat sampai," tutup dia.